BacaJogja – Dalam rangka perayaan Kirab Budaya Nyadran Agung Wotgaleh 2025, akan dilakukan pengalihan arus lalu lintas pada Minggu, 16 Februari 2025, mulai pukul 07.00 hingga 13.00 WIB. Pengalihan ini bertujuan untuk memastikan kelancaran jalannya acara dan keselamatan peserta kirab serta masyarakat sekitar.
Berdasarkan informasi dari panitia yang beredar, penutupan jalan akan dilakukan dari Pertigaan Sanggrahan (Berbah) hingga Pertigaan Petungrejo. Pengguna jalan diimbau untuk mencari rute alternatif guna menghindari kemacetan di area tersebut.
Masyarakat diharapkan untuk memahami dan memaklumi kebijakan ini demi kelancaran acara. Bagi pengendara yang sering melintasi jalur tersebut, disarankan untuk mencari rute alternatif atau menyesuaikan jadwal perjalanan.
Baca Juga: Pantai Watu Lawang: Pesona Tersembunyi di Gunungkidul yang Wajib Dikunjungi
Nyadran Agung Wotgaleh merupakan agenda tahunan yang selalu dinanti-nanti. Digelar setiap bulan Ruwah dan menjadi bagian dari Calendar of Event Kabupaten Sleman, tradisi ini menawarkan pengalaman budaya yang tak terlupakan.
Tradisi ini berakar dari ritual budaya masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta, yang bertujuan untuk menghormati dan mendoakan arwah para leluhur. Selain itu, tradisi ini juga menjadi pengingat bahwa kematian adalah sebuah kepastian bagi setiap yang hidup.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Nyadran yang dilaksanakan setiap bulan Ruwah (Syaban) berkembang dengan menyertakan berbagai kesenian dan aspek budaya lainnya yang disesuaikan dengan konteks zaman. Meskipun begitu, kegiatan utama dari tradisi ini tidak pernah ditinggalkan, yaitu ziarah makam leluhur.
Baca Juga: Pameran Seni “Kecantikan Anggrek Berbunga-bunga” di Grand Rohan Jogja: Simbol Cinta dalam Lukisan
Salah satu daya tarik utama dari Nyadran Agung Wotgaleh adalah kirab budaya yang meriah. Kirab ini dimulai dari Kapanewon Berbah menuju Masjid Sulthoni Wotgaleh. Bregada Purbaya turut serta memeriahkan kirab budaya ini. Para pejabat dan perwakilan dari kalurahan setempat mengenakan busana adat Jawa dan menaiki kereta kuda, diikuti oleh bregada dari padukuhan-padukuhan di Sendangtirto.
Dalam kirab budaya ini, terdapat dua gunungan yang berisi hasil pertanian. Gunungan tersebut nantinya akan dibagikan kepada warga sebagai simbol kemakmuran dan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan. []