Tradisi Masjid Pathok Negoro Plosokuning Sleman Jelang Ramadan Ditiadakan

  • Whatsapp
Masjid Pathok Negoro Plosokuning
Masjid Pathok Negoro Plosokuning di Kalurahan Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. (Foto: BacaJogja)

Sleman – Masjid Pathok Negoro Plosokuning yang berada di Jalan Plosokuning, Desa Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, biasanya mengegelar tradisi menjelang Ramadan. Namun, tradisi yang sudah ratusan tahun ini terpaksa ditiadakan karena pagebluk. Sudah dua tahun ini, tidak ada tradisi padusan dan pawai gerobak sapi.

Ketua takmir sekaligus pengelola cagar budaya Masjid Plosokuning, Kamaludin Purnomo mengatakan, larangan tersebut menyusul adanya imbauan dari Pemkab Sleman perihal pandemi yang belum selesai. “Menjelang puasa itu biasanya ada tradisi padusan, pawai gerobak sapi. Itu yang ramai tapi ditiadakan enggak boleh,” katanya, Jumat, 9 April 2021.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga:

Menurut dia, tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadan di masjid yang didirikan pendiri Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono I ini tidak digelar selama dua tahun. Banyak warga sekitar yang mengaku kehilangan tradisi tersebut. Meski begitu, warga tetap menggelar padusan secara individu di tempat lain, seperti pergi ke sungai.

“Menjelang puasa itu biasanya ada tradisi padusan, pawai gerobak sapi. Itu yang ramai tapi ditiadakan enggak boleh”

Namun begitu, pelaksanaan salat tarawih, tadarus Alquran, sahur dan kegiatan ibadah lainnya masih dilakukan di masjid milik Keraton Yogyakarta ini. Tentunya dengan menerapkan protokol Covid-19.

Bagi orang Jawa, padusan adalah tradisi yang banyak dilaksanakan khususnya di kalangan Jawa menjelang Ramadan. Padusan sebagai bentuk kearifan lokal Jawa, konon sudah ada sejak zaman Wali Songo. Tradisi padusan bertujuan untuk membersihkan diri baik secara lahir dan batin guna menyongsong datangnya bulan suci.

Baca Juga:

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengatakan, sudah banyak umat Islam yang memilih padusan di rumah karena situasi pagebluk. “Ada yang di kolam renang, sungai. Yang penting jangan berkerumun,” katanya.

Pihaknya tidak melarang masyarakat melaksanakan tradisi padusan. Virus corona tidak menular lewat air. Hanya saja ada kekhawatiran jika ada warga yang ngobrol setelah mandi. “Dari ngobrol-ngobrol itu bisa saja (tertular atau saling menularkan),” ungkapnya. []

Related posts