Harapan Sri Sultan HB X dari Kongres Bahasa Jawa

  • Whatsapp
Sri Sultan HB X
Sri Sultan HB X saat membuka Kongres Bahasa Jawa secara virtual, Senin, 22 Maret 2021. (Foto: Humas Pemda DIY)

Yogyakarta – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X resmi membuka Kongres Aksara Jawa (KAJ) I Yogyakarta, Senin, 22 Maret 2021. Acara yang berlangsung di Hotel Grand Mercure Yogyakarta hingga 26 Maret itu menjadi titik awal kebangkitan kembali aksara Jawa di era digital.

Sri Sultan HB X menginginkan bahasa dan aksara Jawa tetap hidup karena dihidupi oleh penuturnya secara aktif. Sebenarnya, pada saat Kongres Bahasa Jawa ke-3 di Yogyakarta pada, bahasa Jawa bagaikan kerakap tumbuh di atas batu.

Read More

Baca Juga:

“Maka, KAJ I kali ini diharapkan mampu menaikkan minat baca-tulis aksara Jawa. Beragam upaya sudah dilakukan antara lain melalui Digitalisasi Aksara Jawa pada 5 Desember 2020. Sebelumnya pada 2013 dan 2014 diluncurkan Aplikasi Baca-Tulis Aksara Jawa Versi 1.0 dan Versi 2.0,” katanya saat membuka KAJ secara virtual.

Raja Keraton Yogyakarta ini mengungkapkan, upaya lain untuk menghidupkan Bahasa Jawa di Yogyakarta yakni ada kewajiban menuliskan aksara Jawa untuk nama setiap kantor. Selain itu juga penggunaan busana dan bahasa Jawa di kantor-kantor pemeritahan setiap Kamis Paing yang sekaligus menandai peringatan haul Pahlawan Nasional Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

“Agar bisa bertahan, bahasa harus digunakan minimal 10 ribu orang untuk memastikan transmisi antargenerasi”

Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X, mengutip pernyataan Barbara Grimes, bahwa fenomena kepunahan bahasa daerah terjadi karena banyak faktor. Antara lain penurunan drastis jumlah penutur aktif maupun penggunaannya semakin berkurang.

Menurut dia, bahasa daerah akan punah jika hanya digunakan oleh penutur berusia 25 tahun ke atas serta usia yang lebih muda tidak menggunakannya. “Jika hal itu terjadi maka jangan disesali 75 tahun ke depan atau tiga generasi, bahasa itu akan terancam punah,” kata Sultan.

Suami dari GKR Hemas ini mengutip data UNESCO, terdapat 2.500 bahasa di dunia termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah. Dari jumlah itu, lebih 570 bahasa statusnya sangat terancam punah dan lebih 230 bahasa telah punah sejak 1950.

Baca Juga:

Sultan HB X mengungkapkan, berdasarkan data Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), dari 718 bahasa daerah di Indonesia, 169 terancam punah karena jumlah penuturnya kurang dari 500 orang. “Agar bisa bertahan, bahasa harus digunakan minimal 10 ribu orang untuk memastikan transmisi antargenerasi,” ungkapnya.

Sultan berharap orang tua tak perlu memaksa anak-anaknya mempelajari bahasa yang dianggap bergengsi, misalnya bahasa Inggris. Agar ada ketahanan bahasa, siswa dianjurkan belajar bahasa etnis lain dulu sebelum mengenal bahasa asing. “Kita seharusnya mendorong penggunaan bahasa daerah agar tetap hidup, terutama di lingkungan keluarga,” kata dia. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *