Yogyakarta – Setiap tanggal 1-7 Agustus diperingati sebagai Pekan Menyusui Dunia 2021 atau World Breastfeeding Week (WBW). Kali ini masih dirayakan dalam suasana pandemi Covid-19. Tentu menjadi tantangan berat karena banyak ibu hamil dan ibu menyusui yang terpapar Covid-19.
Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (AIMI DIY) Nurul Jamilah mengatakan, pada banyak kasus, ibu dan bayi harus dipisahkan karena gejala yang berat atau kritis, sehingga bayi tidak bisa mendapatkan ASI langsung dari ibunya. Di satu sisi, menyusui tetap cara pemberian makan bayi yang paling baik yang dapat ibu berikan untuk anaknya, dan merupakan pemenuhan hak dasar anak untuk hidup dan bertumbuh kembang.
“Melindungi bayi baru lahir dari sakit dan juga membantu melindungi mereka sepanjang masa bayi dan masa kanak-kanak mereka,” kata Nurul dalam siaran pers, Minggu, 1 Agustus 2021.
Baca Juga: Pentingnya Memantau Kesehatan saat Pandemi
Dia mengatakan, AIMI mengamati marketing produsen formula yang sejak pandemi juga semakin gencar mempromosikan produk-produknya secara online. Hal ini membuat upaya melindungi hak ibu menyusui dan bayi mendapatkan ASI menjadi lebih menantang. Perlu kerja sama seluruh pihak seperti keluarga terdekat, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, pemerintah, bahkan stake-holder lainnya untuk terus mendukung dan menguatkan ibu menyusui.
Caranya, dengan memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan ibu dan bayi sesuai rekomendasi organisasi kesehatan dunia. Bagaimana jika ibu menyusui terpapar Covid-19? Apa yang harus dilakukan jika ibu terpapar atau meninggal dunia karena Covid-19, dan ada bayi yang masih membutuhkan ASI?
Dia mengatakan, menurut rekomendasi WHO, ibu dengan gejala ringan hingga sedang tetap dapat menyusui bayinya dengan protokol kesehatan yang lebih ketat seperti menggunakan makser sesuai standar, mencuci tangan sebelum dan setelah menyusui, dan lebih sering mendisinfektan ruangan atau benda-benda di sekitarnya.
Baca Juga: Pentingnya Sinergi Nutrisi dalam Menjaga Imunitas Tubuh Pasca Vaksinasi
Menyusui tetap aman dilakukan dengan tindakan pencegahan dan memang lebih direkomendasikan untuk dipertahankan. “Menyusui sangat efektif melawan penyakit menular karena memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan langsung mentransfer antibodi dari ibu,” ujar Nunu, sapaan akrab Nurul Jamilah.
Nunu mengungkapkan, selama masa pandemi, banyak yang menghubungi AIMI DIY terkait donor ASI karena ibu positif Covid-19 atau meninggal karena infeksi virus corona. Oleh karena itu, dibutuhkan donor ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi. “Namun AIMI berpandangan perlu mempertimbangkan faktor medis, agama, dan sosial budaya terkait donor ASI,” katanya.
Dia mengatakan, AIMI juga tidak bisa menghubungkan antara pencari donor dan donor ASI, karena hal ini harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bisa dilakukan tanpa proses screening yang ketat. Apalagi, di Indonesia belum ada lembaga yang khusus mengelola donor ASI (bank ASI).
Baca Juga: Cara Pemda DIY Menekan Jumlah Pasien Corona Isoman yang Meninggal
Faktor kesehatan donor ASI juga sebaiknya diperhatikan. Hal yang perlu diperhatikan, di antaranya, akan lebih aman jika donor sudah melakukan beberapa tes screening penyakit seperti hepatitis B dan C, HIV, dan CMV. Perlu diketahui, penyakit-penyakit tersebut dapat menular melalui ASI.
AIMI memahami donor ASI pada kondisi tertentu memang bisa jadi sangat membantu. Yang perlu diingat pula, menyusui langsung tetap yang terbaik karena kandungan ASI dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu melalui mekanisme baby spit backwash, sehingga donor ASI sebenarnya adalah solusi sementara. “Rekomendasi paling aman yang biasanya disarankan adalah mencari ibu susu dari lingkaran keluarga terdekat jika memungkinkan,” kata Nunu. []