Bantul – Kelompok Konservasi Penyu Goa Cemara Kabupaten Bantul berdiri sejak awal 2010. Bermula saat Subagio bersama-sama dengan rekan nelayanmenetaskan telur Penyu yang ditemukan di Pantai Goa Cemara/Patihan. Awal usaha menetaskan telur penyu dilaksanakan di bis-bis beton yang ada di pantai yang dulunya untuk penyiraman bibit cemara. Prosentase keberhasilan menetaskan telur penyu sangat bagus, hampir 80 persen dari satu sarang yang berjumlah 100 butir telur berhasil menetas.
Berangkat dari keberhasilan itu, Subagio bersama rekan-rekannya membentuk kelompok konservasi ini. Kebetulan dari instansi terkait mendukung kegiatan kelompok konservasi ini, ada dari Dinas Kelautan, Polhut, BKSDA, Universitas Ahmad Dahlan, juga dari Relawan Banyu (relawan dari berbagai universitas) yang tergabung dalam mahasiswa peduli Konservasi Penyu.
Baca Juga: Enam Ekor Ular Sanca Kembang Dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Sermo Kulon Progo
Subagyo mengatakan, mendirikan konservasi penyu ini bertujuan untuk menyelamatkan penyu yang secara tidak langsung bisa membatasi adanya ubur-ubur yang ada di laut. Rantai makanan ada di laut, ubur-ubur adalah makanan pokok penyu. “Sedangkan ubur-ubur pemakan bibit-bibit ikan yang ada. Secara tidak langsung kita menyelematkan penyu sekaligus menyelamatkan bibit-bibit ikan di laut,” katanya.
Pria yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Konservasi Penyu Goa Cemara berharap pada akhirnya nanti kalau bisa menyelamatkan bibit ikan, nelayan hasilnya juga melimpah. Namun, ada kendala yang dihadapi yakni keterbatasan sumber daya manusia yang peduli terhadap konservasi ini walaupun lingkungan di pantai ini semua sudah mengetahui adanya konservasi ini.
Baca Juga: Penertiban Penambangan Pasir di Sungai Progo Yogyakarta
Dulu awalnya memang sangat sulit sekali. Para orang tua dulu merupakan pemburu Penyu. Tetapi setelah tahu adanya fungsi atau keseimbangan rantai makanan yang ada di laut, akhirnya bisa memahami.
Subagyo mengatakan, Mei sampai September merupakan musim bertelur penyu. Dengan landainya air pantai dipastikan banyak penyu mendarat untuk bertelur. Dalam setahun bisa ditemukan sarang telur Penyu 30 – 70 sarang, setiap sarang kurang lebih ada 100 butir telur.
“Prosentase keberhasilan konservasi Penyu ini sekitar 80 telur berhasil ditetaskan, selanjutnya 10 hari kemudian tukik atau anak Penyu dilepasliarkan ke laut,” ungkapnya.
Dia mengatakan, telur tidak menetas karena di awal musim kelembapan tanah terlalu tinggi sehingga menyebabkan jamur di telur yang ditetaskan. Selain itu juga di akhir musim biasanya panas luar biasa dan terlalu kering juga mempengaruhi telur menetas. “Saat ini ada tiga sarang yang belum menetas,” kata Subagio.
Baca Juga: Sri Sultan HB X dan Upaya Mewujudkan Filosofi Hamemayu Hayuning Bawana
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantul Emi Masruroh Halim, mengapresiasi Kelompok Konservasi Penyu Goa Cemara dalam ikut serta menjaga kelestarian alam dan ekosistem laut. Kepeduliannya patut dicontoh, keberadaan konservasi penyu di Goa Cemara ini sangat cocok untuk media edukasi pelestarian alam khususnya penyu.
“Dengan pelestarian Penyu ini, sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan dan rantai makanan di laut, sehingga ketersediaan ikan di laut selalu ada,” kata Emi Masruroh.
Wakil Ketua Tim PKK Kabupaten Bantul Dwi Pudyaningsih Purnomo mengajak warga tidak membuang sampah sembarangan apalagi di laut karena akan merusak ekosistem dan membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup di laut. “Hari ini secara simbolis melepasliarkan puluhan tukik ke laut dengan harapan semakin menyadarkan pentingnya kelestarian alam khususnya penyu,” ungkapnya. []