Tekanan Pagebluk Corona Jadi Pemicu Klitih Marak di Yogyakarta

  • Whatsapp
celurit klitih sleman
Petugas menunjukkan barang bukti celurit milik terduga klitih di Sleman. (Foto: Dok. Polres Sleman)

BacaJogja – Aksi kejahatan jalanan atau klitih yang kembali marak terjadi di Yogyakarta ada sebabnya. Salah satunya karena tekanan saat pandemi corona.

Dosen UGM Muhammad Nur Rizal mengatakan, akibat pandemi terjadi perubahan dan tekanan. Banyak anak remaja harus menghadapi perubahan dinamika di dalam keluarga, sekolah, relasi pertemanan, serta lingkungan masyarakat. “Dalam situasi yang semakin kompleks, anak sulit memenuhi kebutuhan ruang ekspresi diri,” katanya.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Viral Driver Ojek Food Jadi Korban Klitih di Yogyakarta, Ternyata Bohong

Menurut dia, manusia membutuh aktualisasi diri. Tapi belakangan ini karena faktor pandemi, anak muda tidak punya ruang mengekspresikan baik di sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masarakatnya. Nanyak aktivitas bagi siswa untuk berekspresi, berkarya, dan berinteraksi menjadi hilang saat pembelajaran secara daring,

“Anak banyak menghabiskan waktu di rumah, namun yang menjadi permasalahan banyak keluarga tidak memiliki relasi yang baik. Banyak orang tua mengalami efek pandemi dan terpuruk secara ekonomi. Ini yang membuat mereka lupa membangun kedekatan dan komunikasi yang intensif dengan anak,” kata Rizal.

Baca Juga: Klitih Teriak Klitih, 6 Remaja Ribut dan Berkelahi di Jalanan Yogyakarta

Inisiator Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) DIY ini mengatakan, di sisi lain anak juga mengalami banyak persoalan baru sehingga perlu mendapat perhatian dan pendampingan dari orang tua. Relasi antara anak dengan orang tua semakin jauh.

Menurut dia, saat ruang interaksi dan partisipasi berkurang, anak lari ke dunia teknologi. “Bagi sejumlah anak, saat terpapar pada hal-hal negatif, kemudian mencoba menerapkannya,” ungkapnya.

Baca Juga: 13 Kasus Klitih dalam Satu Minggu di Daerah Istimewa Yogyakarta, Ini Datanya

Rizal menyebut perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, membawa sejumlah perubahan pada perilaku kejahatan, termasuk klitih. Sebelumnya lebih banyak dilakukan secara berkelompok, saat ini aksi tersebut bisa dilakukan individual.

Solusi Pencegahan Klitih

Menurut dia, ada sejumlah pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah aktivitas negatif seperti klitih. Pertama, menciptakan lingkungan yang positif. Hal ini dimaknai lingkungan yang memberi rasa aman bagi siswa untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kodratnya sebagai manusia.

Baca Juga: Empat Terduga Klitih Tertangkap Tadi Malam di Bantul

Kedua, sekolah dan keluarga perlu membangun penalaran dan kesadaran anak, memperbanyak ruang refleksi dalam proses belajar dan mendorong anak untuk mengenali potensi, keunikan, serta emosinya. “Anak perlu lebih banyak terlibat dalam kegiatan belajar yang berbasis masalah, melakukan aktivitas yang positif bagi masyarakat,” jelasnya.

Dia menggarisbawahi bahwa anak tidak boleh teralienasi dari masyarakat. Belajar membangun rasa empati, dan sejak muda mengerti bahwa ilmu pengetahuan, keterampilan diri, dan kompetensi sosialnya bermanfaat bagi orang lain. “Dengan begitu anak tidak merasa sebagai useless generation,” katanya. []

Related posts