BacaJogja – Bank Sampah Gerbang Pilah di Padukuhan Siten, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini layak dicontoh. Di tengah gejolak sampah di TPST Piyungan yang masih belum teratasi, limbah plastik bisa diolah menjadi bahan bakar minyak tanah.
Limbah plastik yang disuling menjadi minyak tanah ini pun menghasilkan pundi-pundi rupiah. Bank Sampah ini mampu meraup omzet jutaan rupiah per bulannya.
Baca Juga: Warga Sepakat Membuka Kembali TPST Piyungan Bantul
Ketua Bank Sampah Gerbang Pilah mengatakan, keberhasilan mengubah sampah plastik yang tidak laku dijual kemudian diolah menjadi minyak tanah berasal dari salah satu dosen Universitas Djanabadra Yogyakarta pada November 2019.
Dosen tersebut menawarkan alat bernama pirolisis untuk mengubah sampah plastik menjadi minyak tanah. Pirolisis ini merupakan piranti yang menerapkan teknologi penyulingan untuk mendapatkan uap dari hasil pembakaran plastik. Uap tersebut yang menjadi bahan bakar kompor minyak.
Baca Juga: Sri Sultan Minta Warga Sekitar TPST Piyungan Bantul Bersabar
Namun, jenis limbah plastik yang bisa menghasilkan minyak tanah hanya plastik kemasan bening dengan kadar minyak sebesar 60 persen. Kalau jenis plastik lain seperti limbah mantol dan kemasan makanan kadar minyaknya jauh di bawah 60 persen.
Menurut dia, sampah plastik yang masuk dipilah lebih dulu, dicari yang kemasan bening. Kemudian sampah plastik diolah menggunakan alat pemanas pada suhu 200 hingga 400 derajat celcius hingga menjadi minyak tanah. Satu kilogram plastik bening bisa menghasilkan 0,6 liter minyak tanah.
“Daya tampung alat hanya 20 kilogram. Dari 20 kilogram sampah plastik tersebut, jika dirata-rata dapat menjadi 10-12 liter minyak tanah,” ujar Suratno.
Sedangkan abu bekas plastik yang dibakar masih digunakan media untuk menanam di pekarangan rumah. “Jadi tidak ada yang dibuang lagi,” imbuhnya.
Baca Juga: Kampung di Bantul Ini Dulu Tempat Sampah Kini Jadi Ramah Anak dan Objek Wisata
Dia mengatakan, Bank Sampah Gerbang Pilah dalam sebulan bisa menghasilkan sekitar 80 liter minyak tanah yang berasal dari sampah plastik. Minyak dari hasil penyulingan bisa digunakan untuk memasak kebutuhan sehari-hari.
“Minyak tanah hasil pengolahan dari limbah ini bisa dijual. Satu bulan menghasilkan Rp5-6 juta. Lumayan untuk membantu perekonomian anggota,” ungkapnya.
Baca Juga: DLH Sleman Sebut 400 Ton Sampah per Hari Belum Tertangani
Kerennya lagi, sampah rumah tangga yang dipasok ke Bank Sampah Gerbang Pilah tidak pernah membuangnya ke TPST Piyungan. “Sampah yang dipilah sudah habis diloah jadi minyak tanah di sini. Tidak ada yang dibuang ke TPST Piyungan,” tegasnya.
Keren bukan? Apalagi TSPT Piyungan sudah overload. Aksi Suratno dan kelompoknya ini diharapkan dapat menjadi contoh kepada masyarakat luas untuk terus melakukan inovasi dalam mengolah sampah. Dari sampah menjadi berkah. []