BacaJogja – Desa Wisata Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah termasuk dalam 50 desa wisata terbaik dalam program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Desa Wisata Bugisan ini kaya warisan leluhur ini, salah satu Candi Plaosan yang usianya sama seperti Candi Borobudur.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Parekraf/Baparekraf RI) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, ikon wisata budaya yang sangat terkenal yaitu Candi Plaosan. Candi tersebut merupakan salah satu candi yang menjadi akulturasi antara Candi Hindu dan Budha sebagai salah satu bukti cinta Rakai Pikatan dan juga Pramudyawardani.
Baca Juga: Lima Kampung Wisata Ini Ada Kehangatan Khas Warga Yogyakarta
Sandi menyampaikan, yang menarik dari Candi Plaosan adalah usianya yang sama dengan Candi Borobudur. “Sama tuanya dengan Candi Borobudur, 1.200 tahun yang lalu,” ungkapnya dalam siaran pers, Jumat, 8 Juli 2022.
Menurut dia, Desa Wisata Bugisan ini merupakan destinasi unggulan yang masuk dalam ekosistem destinasi super prioritas Borobudur. “Kemegahan Candi Plaosan dengan stupa yang memadukan corak Hindu dan Budha menjadi daya tarik wisata domestik maupun mancanegara,” imbuhnya.
Baca Juga: Daftar Enam Desa Wisata Terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta 2022
Desa Wisata Bugisan letaknya sangat strategis. Berada di area pintu keluar Candi Prambanan yang berbatasan dengan Desa Tlogo. Desa Bugisan memiliki banyak peninggalan purbakala antara lain Candi Plaosan, Candi Ghana dan lainnya. “Jadi, akan kami kembangkan travel pattern tadi. Dari Borobudur untuk melihat. Karena tidak terlalu jauh. Ini umurnya sama dan juga menampilkan kearifan lokal,” kata Sandi.
Soal budaya, Desa Wisata Bugisan masih memegang teguh warisan leluhur yang dititipkan dan ada sejak jaman dahulu. Di Desa Wisata Bugisan ini memiliki pertunjukan warisan leluhur, yakni Karawitan. Pertunjukan seni dengan musik gamelan dan dimainkan oleh warga sekitar.
Selain itu ada seni Jathilan atau pertunjukan kuda lumping. Ada pula Gejog Lesung yang masih dilestarikan dan biasa dimainkan oleh warga lansia dan biasa ditampilkan di festival budaya Candi Plaosan. Selain Jathilan, desa tersebut juga memiliki ragam tarian lain seperti, Sorak Gumyak, Wanara, dan Sendratari.
Nuansa alam pedesaan yang asri dan budaya masyarakat Jawa, ramah tamah, serta kesenian budaya merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh warga masyarakat. Kekayaan alam dan peninggalan sejarah itulah yang menjadikan Desa Bugisan menjadi simbol interaksi yang harmonis antara manusia, alam, dan sang pencipta.
Baca Juga: Kementerian Desa dan PDTT Beri Bantuan Empat Desa Wisata di Bantul
Desa Wisata Bugisan memiliki beberapa objek wisata buatan unggulan, di antaranya Paseban Candi Kembar. Itu merupakan cafetaria yang berada di sebelah timur Candi Plaosan. Paseban Candi Kembar dikonsep sebagai kafe semi modern yang dihiasi lampu lampion warna warni. Di area itu juga dibangun saung-saung untuk persinggahan pengunjung, serta terdapat panggung untuk acara live music.
Kemudian ada Daleme Simbah yang merupakan rumah tradisional peninggalan salah satu tokoh desa. Di bangunan itu, wisatawan dapat menemukan aksen atau tulisan Jawa kuno Hanacaraka yang dilestarikan. Tulisan tersebut menceritakan fase kehidupan manusia menurut Jawa dari lahir sampai meninggal.
Urusan kuliner, pelancong bisa mencicipi berbagai menu khas. Seperti jamu tradisional, Jenang Kendhil, Sego Gudangan, Sego Wiwitan, dan Sambel Wader. Ada pula cemilan di antaranya, ampyang, keripik pisang, aneka peyek, dan aneka olahan pepaya.
Nah, yang menarik, Desa Bugisan juga memiliki souvenir yaitu baju daur ulang sampah. Yang proses pembuatannya memanfaatkan sampah rumah tangga yang tidak dapat diurai. Oleh ibu ibu PKK Desa Bugisan diolah sehingga memiliki nilai jual yaitu baju daur ulang.
Baca Juga: Desa Wisata di Bantul Yogyakarta Semakin Banyak dan Beragam
Selain itu Desa Bugisan juga memiliki produksi batik eco printing dengan bahan dari alam yang ramah lingkungan, motif motif alam. Pengunjung juga bisa ikut membuat batik tersebut.
Sandi mengatakan, pemerintah akan memberikan bantuan untuk pencatatan hak intelektual alat musik asli Desa Wisata Bugisan, Pring Sedapur, yang dibuat sendiri oleh Ki Sutikno, warga desa Bugisan. Alat musik ini terbuat dari sekelompok pohon bambu atau pring sedapur. “Sehingga ini tercatat untuk diturunkan kepada generasi selanjutnya,” ucapnya.
Baca Juga: Empat Desa Wisata di Bantul Raih Penghargaan Trisakti Tourism Award 2021
Desa Wisata ini sudah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022 yang terdiri dari tujuh kategori. Yakni daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), homestay, toilet umum, digital dan kreatif, cleanliness health safety dan environment sustainability (CHSE), dan kelembagaan desa.
ADWI merupakan program unggulan Kemenparekraf sebagai penggerak kebangkitan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata Indonesia. Saat ini, ADWI telah memasuki tahun kedua.
Sandi mengatakan, Desa Wisata Bugisan ini bisa menjadi satu klaster percontohan penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru yang berkualitas. Desa Wisata ini berbasis komunitas yang ada di pedesaan. “Sehingga, akhirnya kekuatan masyarakat untuk bangkit kembali pasca pandemi ini bisa diwujudkan. Dan target 2024 penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru dan berkualitas,” katanya. []