BacaJogja – Cerita sukses Pak Gito, pemilik usaha Warung Mie Ayam Cakruk. Usahanya sukses berkembang dan memiliki cabang lain. Padahal, usahanya berawal dari penjualan apa adanya dan penghasilan yang tidak seberapa. Saat ini warung beliau menjadi pusat percontohan dalam mengembangkan usaha.
Usaha yang digeluti Pak Gito ini merupakan salah satu penerima manfaat dari Paguyuban Warung Beres Binaan Jogja. Saat ini warungnya menjadi pusat percontohan dalam mengembangkan usaha.
Bermula pada 2015 Pak Gito mendapat tawaran mengikuti pembinaan dari dompet dhuafa. Pembinaan tersebut terwadahi dalam paguyuban yang dinamai dengan Paguyuban Warung Beres. Paguyuban ini di inisiasi oleh Dompet Dhuafa Jogja bersama PSPG UGM dan STIM YKPN.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Resmikan Program Penyediaan Hijauan Pakan Ternak di Gunungkidul
Warung Beres merupakan salah satu program pemberdayaan Dompet Dhuafa Jogja. Paguyuban ini diinisiasi dari dana zakat yang disalurkan dalam bentuk pemberian modal dan juga pelatihan serta pendampingan pada para dhuafa.
Paguyuban ini bertujuan penyaluran zakat tidak hanya membantu kebutuhan para dhuafa saat itu. Namun bagaimana agar tersalur dan dapat memandirikan dhuafa serta lebih sejahtera secara ekonomi. Dengan memberikan pelatihan bersama PSPG UGM mengenai bagaimana tips menjadi pengusaha yang sukses, bagaimana strateginya, dan juga pelatihan mengenai pembukuan oleh STIM YKPN.
Awal terbentuknya program ini berawal dari penyaluran dana zakat. Visi dari Penyaluran Dompet Dhuafa tidak hanya sekedar membantu, namun bagaimana bantuan tersebut dapat menumbuhkan dan memandirikan perekonomian asnaf yang terbantu.
Baca Juga: Widodo Makmur Perkasa dan Dompet Dhuafa Gelar UMKM Festival di Klaten
Penyaluran zakat di Dompet Dhuafa tidak hanya berupa bantuan sembako atau bantuan dalam bentuk uang tunai dan selesai. Namun Dompet Dhuafa juga membarengi penyaluran dengan pendampingan dan pembinaan sampai penerima manfaat mencapai kategori mandiri.
Jerih Payah Perjuangan Pak Gito
Pak Gito, salah satu peserta yang bergabung dalam Paguyuban Warung Beres binaan Dompet Dhuafa. Awalnya dia belum memiliki kios, hanya sekedar menumpang tempat jualan di fasilitas umum, yaitu poskamling atau orang Jawa sering sebut dengan nama “cakruk”. Sehingga pak gito menamai jualannya sebagai mie ayam cakruk.
Pak Gito mengatakan, menjual 1 Kg Mie ayam terasa begitu sulit saat itu. Bahkan untuk sekedar membeli susu untuk anaknya yang masih balita saat itu harus berjualan dari pagi buta hingga tengah malam, dan hanya menghasilkan uang sebesar 6 ribu rupiah.
Baca Juga: Cerita Angkringan Nyiwiji Temanggung Bangun dari Keterpurukan Akibat Pandemi
Pilunya lagi saat berjualan di “cakruk” saat itu, saya tertabrak mobil yang mengalami rem blong. “Nasib pilu tak berhenti sampai situ, dalam berjalanya waktu saya berjualan sempat terlilit hutang dengan beberapa rentenir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” katanya di sela-sela kesibukan melayani penikmat mie ayam pada Rabu, 27 Juli 2022.
Dia juga terlilit utang meskipun bekerja begitu giat, sehinggga merasa tak memiliki hasil sama sekali. “Hingga akhirnya saya bertemu dengan salah satu amil Dompket Dhuafa Jogja di tahun 2015 untuk ikut bergabung di Paguyuban Warung Beres. Saya mengikuti berbagai pembinaan dan arahan dari pembina,” jelasnya.
Lambat laun atas pendampingan dan dukungan dari Dompet Dhuafa, Pak Gito berinisiatif menyewa kios. Karena keterbatasan modal juga, dua mencoba untuk sewa jangka pendek bulanan terlebih dahulu. “Pada satu bulan percobaan, dengan menerapkan semua bimbingan yang pernah DD berikan, saya mampu menjual 8 Kg mie ayam dalam sehari. Pada percobaan bulan bulan berikutnya saya mampu menjual 15 Kg Mie ayam dalam seharinya,” ujar dia.
Baca Juga: HET Minyak Goreng Dicabut, Pelaku UMKM di Yogyakarta Kalang Kabut
Karena terbilang cukup berhasil dalam percobaan. Dia akhirnya mengembangkan usahanya tak hanya pada menu Mie Ayam, namun pada menu Bakso. “Alhamdulillah, pada menu tersebut juga cukup sukses. Hingga saat ini dapat menjual lebih kurang lebih 18 kg Bakso, dan 14 kg Mie Ayam serta memiliki omset bersih rata rata 800 ribu rupiah dalam sehari,” jelas Pak Gito.
Pak Gito juga menceritakan awalnya dari berjualan seorang diri dengan penuh peluh dan perjuangan. Kini telah berhasil merekrut empat kariyawan. Tak hanya itu, dengan penghasilan yang lebih dari cukup tersebut, saya masih sangat aktif sebagai anggota Paguyuban Warung Beres. Bahkan beliau jugalah yang mendorong teman lainya untuk menerapkan semua anjuran dan bimbingan dari setiap pendampingan dari Dompet Dhuafa.
Baca Juga: SE Mendagri Pelaku Usaha Wajib Pasang PeduliLindungi, Begini Cara Pendaftarannya
Harapan saya dapat berhasil juga seperti halnya beliau. Selain itu, sebagai bentuk dorongan, saya juga menanamkan modalnya pada paguyuban agar dapat bermanfaat untuk usaha teman yang lainya.
“Saya mengucapkan terimakasih kepada Dompet Dhuafa atas pendampingan dan bimbinganya selama ini hingga bisa seperti saat ini. harapan saya program-program seperti ini tetap terus dapat dijalankan dan dikembangkan. Sehingga semakin luas manfaat yang akan dirasakan oleh saudara-saudara lain yang mungkin memiliki nasib sama seperti saya dulu sebelum mandiri,” jelasnya.
Tentang Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa adalah lembaga Filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum Dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (welasasih) dan wirausaha sosial. Selama 29 tahun lebih, Dompet Dhuafa telah memberikan kontribusi layanan bagi perkembangan umat dalam bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan kebencanaan serta CSR. []