Cerita Angkringan Nyiwiji Temanggung Bangun dari Keterpurukan Akibat Pandemi

  • Whatsapp
angkringan nyawiji
Angkringan Nyawiji, berlokasi di Jalan Pahlawan, Karangsari Desa Giyanti, Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Angkringan Nyawiji, berlokasi di Jalan Pahlawan, Karangsari Desa Giyanti, Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Nama Nyawiji artinya menjadi satu. Memang salah satu tujuannya untuk itu.

Awal mula mendirikan angkringan ini bertujuan untuk menyatukan semua masyarakat dari kalangan anak muda, dewasa, dan orang tua, dari kalangan bawah, menengah dan ke atas untuk menjadi Nyawiji atau menjadi satu.

Read More

Angkringan ini menyediakan berbagai macam makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, macam sate-satean, makanan ringan, makanan berat, minuman, dan lain-lain. Semua dijual dengan harga standar angkringan yang murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Baca Juga: Kecelakaan Pengendara Motor Tabrak Pedagang Angkringan di Kota Yogyakarta

Antara pembeli dan penjual sering terlihat mengobrol dengan santai dalam suasana penuh kekeluargaan. Angkringan Nyawiji ini juga terkenal sebagai tempat yang bisa untuk semua kalangan karena bervariasinya pembeli yang datang tanpa membeda-bedakan setara sosial.

Harganya yang ramah di kantong, tempatnya yang santai dan asik buat nongkrong, suasana yang penuh kekeluagraan dan humoris antara pembeli dan juga penjual. Namun angkrigan ini sempat mengalami keterpurukan.

Baca Juga: Viral Tarif Parkir Rp350.000 di Angkringan Jaman Edan Jalan Margo Utomo Yogyakarta

Pemilik Angkringan Nyawingi Ardian Rahatmoko mengatakan, banyak dampak buruk selama masa pandemi pagebluk. Angkringan ini didirikan pada 19 Desember 2020, di mana pandemi Covid-19 sedang mewabah. Berbagai permasalahan menghadang dan beberapa solusi untuk menjawab tantangan dan mempertahankan bisnis Angkringan Nyawiji di tengah pandemi.

Dengan adanya pandemi, Ardi tetap membuka angkringannya meskipun harus merasakan dampak buruk dari pandemi Covid-19 ini dalam melawan krisis ekonomi. Dia mempunyai tanggung jawab terhadap lima dari karyawannya, warung angkringannya mengahadapi beberapa kendala pada awal masa pandemi, masalah yang paling utama adalah turunnya penjualan secara signifikan akibat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Baca Juga: Festival Angkringan di Depok Sleman Bangkitkan Ekonomi UMKM

Omzet yang di dapat mengalami penurunan derastis. “waktu adanya PPKM omzet angkringan saya mengalami penurunan, dikarenakan pembatasan jam kerja yang tadinya buka dari jam 10.00-24.00 WIB, waktu PPKM hanya di batasi sampai jam 20.00 WIB, padahal ramainya pembeli biasanya datang setelah jam 19.00-23.00 WIB,” kata Ardi.

Strategi Menaikkan Omzet

Akan tetapi, besarnya tekanan pandemi Covid-19 menjadi sebuah tantangan bagi tim angkringan untuk menyiasati dengan pola pikir problem solving agar angkringan nyawiji mendapatkan keuntungan. PPKM menyebabkan omzet menurun dengan adanya pembatasan aktivitas, dan setelah PPKM berakhir omzet penjualan Angkringan Nyawiji kembali naik.

“Setelah PPKM ini omzet kembali naik, yang tadinya waktu PPKM omzet perbulannya hanya 5-7 juta, dan setelah PPKM omzet bisa mencapai 20-21 juta perbulan,” kata pak Ardi.

Baca Juga: Emak-emak Pedagang Angkringan di Sleman Nyambi Jualan Pil Koplo

Bagaimana omzet bisa naik? Ardi menuturkan langkah pertama untuk mencegah terjadinya penyusutan omzet adalah menambah menu atau jenis makanan yang dijual. Melakukan promosi di berbagai media sosial, dan juga memperbaiki tempat dan penyebaran lokasi duduk agar lebih nyaman ketika pembeli mengajak rombongannya untuk nongkrong.

Mungkin kesannya sederhana dan juga aneh karena pada umumnya pelaku usaha mengurangi biaya operasional di masa pandemi ini, tetapi dengan cara menambah jenis menu makanan yang kekiniaan dan lebih dibutuhkan oleh pembeli, juga melakukan promosi serta penambahan tempat membawa Angkringan Nyawiji ini mendapatkan kenaikan omzet.

Trobosan dalam inovasi dan kreativitas menjadi kunci para pelaku bisnis UMKM dalam bertahan di tengah masa pandemi covid-19. Seperti yang dilakukan Ardi agar tidak gulung tikar. []

Penulis artikel:
Rinda Ardina Dewi, Mahasiswi Program Studi Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
Ignatus Soni Kurniawan, Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen UST Yogyakarta.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *