BacaJogja – Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat berperan sebagai moderator antara nilai-nilai budaya yang telah tersemai di masyarakat, untuk kemudian dipertemukan dengan nilai-nilai baru melalui pembelajaran, selaras dengan gareget Mangasah Mingising Budi.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, perihal sosial-ekonomi perlu menilik peran budaya, sebagai solusi pengentasan kemiskinan, kesenjangan sosial dan permasalahan yang terjadi di kalurahan. Idealnya, kemiskinan jangan dilihat dari sudut pandang ekonomi belaka.
Baca Juga: Sapa Aruh Sri Sultan HB X dalam Satu Dasawarsa Keistimewaan Yogyakarta
Tetapi harus dimoderasi melalui pendidikan karakter, dengan meng-update nilai-nilai gemi, nastiti, ngati-ngati selaras dengan konteks kekinian, melalui intervensi literasi keuangan.
“Inilah yang dimaksud dengan konsep transformasi dari nilai filosofis ke nilai praksis, yang seharusnya disuntikkan dalam setiap sendi pelaksanaan Keistimewaan,” kata Sri Sultan saat Sapa Aruh Peringatan Satu Dasawarsa UU Keistimewaan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Rabu, 31 Agustus 2022.
Baca Juga: 10 Tahun Keistimewan Yogyakarta, Ada Event Jogja World Heritage Week
Raja Keraton Yogyakarta ini mengingatkan komitmen mewujudkan kalurahan sebagai patrap TriMuka, yaitu: menjadikan kalurahan Arena Demokrasi Politik Lokal sebagai wujud Kedaulatan Politik; Arena Demokratisasi Ekonomi Lokal sebagai wujud Kedaulatan Ekonomi; dan pemberdayaan melalui aktualisasi pengetahuan kolektif Warga Kalurahan sebagai wujud Kedaulatan Budaya.
“Saya meyakini, jika potensi keunggulan dilancarkan dari kalurahan, niscaya kalurahan akan menjadi sentra pertumbuhan sekaligus menjadi ujung depan pemberantasan kemiskinan,” tegasnya.
Baca Juga: Jangan Lupa, Panggung Rakyat Gebyar Keistimewaan DIY di Malioboro Sore Ini
Ngarso Dalem mengungkapkan, konsep tersebut relevan untuk mengakselerasi pembangunan kalurahan, dalam mengejar kemajuan perkotaan, karena sumber potensinya itu toh berada di kalurahan. “Semuanya itu bermuara pada Reformasi Kalurahan sebagai Basis Keistimewaan DIY,” ungkapnya.
Selaras dengan hal tersebut, kegemilangan predikat istimewa akan semakin bermakna, seiring keragaman yang tercipta dalam kreativitas, adat istiadat, serta living tradition masyarakat Yogyakarta, serta sumbangsih seluruh masyarakatnya.
Baca Juga: Semarak Parade Gamelan on The Road di Kulon Progo
“Bahwa untuk memberi sumbangsih dan menjadi wong Jogja, tidaklah harus lahir di Jogja dan atau memiliki darah keturunan Jawa. Sudah semestinya, keistimewaan Jogja adalah untuk Indonesia. Bahwa Menjadi Jogja, adalah Menjadi Indonesia,” jelasnya. []