BacaJogja – Kue leker merupakan jajanan sederhana tradisional khas Yogyakarta. Kue leker ini merupakan cemilan yang sering dijumpai sebagai jajanan yang biasa dijual di sekolah dasar (SD).
Salah satunya kue leker Pak Sudirman yang sudah berjualan dari tahun 1979. Pak Sudirman sudah berjualan selama 43 tahun. Kue leker buatannya punya citasa yang enak.
Baca Juga: Mencicipi Kue Lekker Kompleks Wisata Air Tamansari Keraton Yogyakarta
Pak Sudirman menjeleskan, cara membuat kue leker yang dijual ini sama seperti yang lain yaitu adonan terdiri dari tepung terigu, telur, gula dan air.
Setelah bahan-bahan itu dijadikan satu menjadi adonan, lalu dimasak di atas tungku menggunakan wajan dari tanah liat atau gerabah. Kemudian diberi tambahan irisan pisang raja, gula pasir yang sudah dicampur dengan cokelat bubuk dan susu kental manis.
Baca Juga: Khasiat Permen Buah Pepaya Mentah dan Cara Pembuatan Menurut Dosen UNY
Salah satu yang membuat kue leker Pak Sudirman yang nikmat karena memasaknya masih menggunakan cara tradisional. Sampai saat ini Pak Sudirman memasaknya dengan menggunakan anglo.
Dengan cara memasak secara tradisional, aroma yang dihasilkan menjadi harum. Cita rasa inilah yang dipertahankan oleh Pak Sudirman dalam menjual lekernya. Sampai sekarang pula, Pak Sudirman tidak ingin mengubah cara memasak menggunakan kompor gas.
Baca Juga: Kuliner Kekinian, Pie Mocaf Ubi Kuning Baik untuk Kesehatan
Pak Sudirman biasanya menjual daganganya ini dari Ngampilan sampai Kemetiran. Dia mulai berjualan dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Kue leker ini dijual dengan harga sangat murah yaitu Rp2.000. Dalam satu hari Pak Sudirman bisa mendapatkan hasil sekitar Rp100.000 sampai Rp200.000.
Baca Juga: Sempurna, Batagor Favorit dan Legendaris di Kota Yogyakarta
Kue Leker sendiri yang berasal dari bahasa Belanda. Lekker artinya enak. Konon kala itu saat Belanda menikmati pagi dengan sajian panekuk atau pancake, warga lokal berinisiatif untuk membuat versi hemat dan tipisnya yang kemudian dikenal dengan leker.
Pada awalnya, kue leker berkembang pesat di Solo dan Surabaya. Kemudian menyebar luas hingga menjadi ciri khas jajanan anak-anak yang biasa menunggu jemputan orang tua di luar gerbang sekolah atau pada saat istirahat. []
Artikel dikirim oleh Junita Putri, mahasiswi prodi Public Relations ASMI Santa Maria Yogyakarta.