Nongkrong di Kafe, Gaya Belajar Baru Mahasiswa Yogyakarta

  • Whatsapp
kafe
Terra, salah satu Coffee shop di Yogyakarta sebagai tempat 'nongkrong' mahasiswa. (Foto: Nor Adham Alghoniy)

BacaJogja – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan semakin besarnya kebutuhan akan ruang kerja yang fleksibel, fenomena mahasiswa yang lebih memilih menghabiskan waktu di kafe-kafe di Yogyakarta semakin marak. Dulu hanya sekadar tempat bersantai, kini kafe menjadi co-working space yang disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa.

Mahasiswa di Yogyakarta cenderung memilih kafe sebagai tempat favorit mereka untuk belajar, berdiskusi, atau bersantai setelah beraktivitas di kampus. Ini bukan hanya tentang menikmati kopi dan suasana yang nyaman, tetapi juga tentang memanfaatkan teknologi dan akses internet berkecepatan tinggi yang ditawarkan oleh banyak kafe di kota ini.

Read More

Umroh liburan

Baca Juga: Coklat Kafe, Tempat Nongkrong dengan Suguhan Cokelat dan Cake di Yogyakarta

Diva, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengungkapkan bahwa kafe menawarkan suasana yang lebih santai dan kondusif dibandingkan perpustakaan. “Kafe lebih rileks, ada makanan atau minuman, dan suasananya enak buat nugas atau sekadar nongkrong jadi lebih senang. Kalau perpustakaan memang tenang, tapi kadang suasananya bisa terlalu formal atau kaku,” ujarnya.

Kafe-kafe di Yogyakarta pun mulai beradaptasi dengan tren ini, menyediakan meja besar untuk kerja kelompok, ruang privat untuk diskusi, dan soket listrik di setiap sudut untuk mendukung kebutuhan mahasiswa yang sering membawa laptop atau gawai lainnya. Beberapa kafe bahkan telah bermitra dengan universitas untuk menyediakan diskon khusus bagi mahasiswa yang menggunakan tempat mereka sebagai ruang belajar.

Baca Juga: Marron Cafe, Tempat Nongkrong Favorit di Kaki Menoreh Kulon Progo

Namun, fenomena ini juga menimbulkan perdebatan. Beberapa orang menganggap nongkrong di kedai kopi bisa mengganggu, terutama jika obrolan atau musik latar mengganggu konsentrasi belajar.

Dr. Andi Wijaya, seorang sosiolog dari UGM, berpendapat bahwa gaya hidup ini dapat menciptakan budaya belajar yang berbeda, di mana batasan antara belajar dan bersosialisasi menjadi semakin kabur. “Kafe menawarkan lingkungan yang lebih cair dan kreatif, namun penting bagi mahasiswa untuk tetap disiplin dalam mengatur waktu dan fokus,” katanya.

Baca Juga: Daftar Destinasi Wisata Yogyakarta yang Bisa Dijangkau dengan Trans Jogja

Di sisi lain, banyak mahasiswa merasa bahwa kafe adalah tempat yang ideal untuk mengeksplorasi ide-ide kreatif. Faza, mahasiswa Amikom Yogyakarta, menyatakan bahwa nongkrong di kafe sering kali bisa menjadi sumber inspirasi, tergantung kondisi tempatnya.

“Bisa iya, bisa tidak. Tergantung dari kondisi tempatnya. Untuk saya sendiri, kafe yang cozy dan tidak terlalu ramai pengunjung bisa menjadi tempat yang sangat baik untuk mengeksplorasi ide-ide kreatif. Sebaliknya, jika tempat itu ramai atau kurang rapi, untuk saya kurang bisa dipakai untuk tempat mengeksplorasi ide-ide kreatif,” jelasnya.

Baca Juga: Sensasi Ronde Ceplus dan Bir Jawa di Taman Kuliner Kebon Jati Pleret Bantul

Seiring dengan semakin populernya tren ini, kafe-kafe di Yogyakarta terus berinovasi untuk menarik minat pelajar. Beberapa kafe juga mengadakan acara khusus seperti diskusi publik, lokakarya, dan pameran seni yang meningkatkan pengalaman.

Bagi mahasiswa di Yogyakarta, menghabiskan waktu di kafe lebih dari sekadar gaya hidup, namun telah menjadi budaya belajar yang dinamis dan inklusif. Dengan suasana yang memupuk kolaborasi dan kreativitas, kafe-kafe di kota ini memainkan peran penting dalam menciptakan generasi muda yang lebih mudah beradaptasi dan inovatif. []

Artikel kiriman Nor Adham Alghoniy
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Related posts