Winarti dan Kisah Sukses Kain Perca di Bantul: dari Limbah Tekstil Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

  • Whatsapp
Kerajinan kain perca bantul
Di tangan kreatif Winarti, kain perca yang kerap dianggap sebagai limbah tak berguna, bertransformasi menjadi produk-produk bernilai ekonomis.

BacaJogja – Di tangan kreatif Winarti, kain perca yang kerap dianggap sebagai limbah tak berguna, bertransformasi menjadi produk-produk bernilai ekonomis. Dari Padukuhan Lopati, Kalurahan Trimurti, Kapanewon Srandakan, Bantul, perempuan ini telah berhasil mengubah sisa-sisa kain dari industri tekstil menjadi kerajinan tangan yang menarik, seperti tas dan souvenir, sejak tahun 2017.

Sore itu, saat dikunjungi oleh Ketua TP PKK Kabupaten Bantul, Emi Masruroh Halim, serta Anggota Dekranasda Bantul, Winarti tersenyum bangga menceritakan perjalanannya. Awalnya, Winarti bekerja untuk orang lain, tetapi sang suami menyarankannya untuk memulai usaha sendiri.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Diskominfo DIY dan Jaringan Demokrasi Indonesia Bersinergi Cegah Hoaks di Pilkada 2024

“Dulu ikut orang, suami menyarankan untuk berdiri sendiri. Setelah tanya-tanya, saya akhirnya menemukan pedagang di Beringharjo yang mau menerima hasil karya saya,” ujarnya.

Tidak mudah bagi Winarti di awal perjalanannya. Dengan modal terbatas, ia harus memutar otak untuk mengembangkan usahanya. Ia mencari kain perca dari pengusaha tekstil di Bantul dan Muntilan.

Kain-kain yang sering dibuang ini ia kumpulkan, dipadukan dengan bahan lain, dan diubah menjadi produk kreatif. Salah satu produk andalannya adalah totebag berbahan gail yang dipadukan dengan kain perca. Harganya terjangkau, mulai dari belasan hingga puluhan ribu rupiah, tergantung ukuran dan desain.

Baca Juga: Dari Masjid Jogokariyan, Warga Yogyakarta Deklarasi Perangi Peredaran Miras

Winarti mengakui, memulai usaha dari nol memang tidak mudah. “Waktu itu saya bawa banyak sampel ke pedagang di Beringharjo. Alhamdulillah, semuanya diterima dan sejak itu pesanan mulai datang,” ceritanya.

Kini, Winarti mampu memproduksi setidaknya sepuluh tas setiap harinya. Tak hanya menitipkan produknya di pasar, ia juga menerima pesanan khusus, di mana pelanggan bisa memilih model dan ukuran sesuai keinginan mereka.

Yang menarik, usaha kain perca ini tak hanya menghidupi Winarti, tetapi juga tujuh karyawannya yang membantu produksi setiap hari. Limbah yang dulunya dianggap tak berharga, kini menjadi sumber penghidupan bagi mereka. Meski sempat terkendala modal, permintaan produk buatannya semakin meningkat, membuat Winarti terus berinovasi dan mengembangkan usaha.

Baca Juga: Pemkot Yogyakarta Fasilitasi ASN Cari Jodoh dalam Kegiatan Pados Jodho

“Kain perca ini sebenarnya masih bisa dimanfaatkan. Saya senang karena ternyata banyak orang yang tertarik dengan produk kami. Selain hemat, kerajinannya juga unik,” ujarnya sambil menunjukkan salah satu totebag yang sedang dikerjakannya.

Kini, usaha kerajinan tangan Winarti menjadi contoh sukses pemanfaatan limbah tekstil di Bantul. Kegigihannya membuktikan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, sesuatu yang dianggap limbah bisa mendatangkan keuntungan besar. Tak hanya itu, usaha ini juga turut memberdayakan masyarakat sekitar dan mendukung ekonomi lokal.

Dalam senyum penuh kebanggaan, Winarti berkata, “Limbah tekstil bukan akhir, tapi awal dari kreativitas yang bisa menghidupi banyak orang.” []

Related posts