Manding: Desa Kecil di Bantul yang Menyimpan Warisan Kulit Bernilai Tinggi

  • Whatsapp
kerajinan kulit manding
Produk kerajinan kulit di Manding, Bantul. (Pemkab Bantul)

BacaJogja – Di sebuah sudut Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Manding berdiri sebagai saksi perjalanan panjang warisan seni kerajinan kulit. Desa ini bukan sekadar tempat, melainkan nadi bagi tradisi yang tetap hidup di tengah arus modernisasi. Para pengrajin di sini tidak hanya membuat produk, tetapi juga merajut cerita, salah satunya adalah kisah inspiratif Isrohadi.

Sejak tahun 1991, Isrohadi, generasi kedua dari keluarganya, tetap menghidupkan keahlian tangan yang diwariskan sang ayah. Bermodalkan pengalaman selama bekerja di Bali, ia membawa pulang wawasan baru untuk mengembangkan usaha kerajinan kulit di desanya. “Saya sempat ngangsu kawruh di Bali dulu, setelah pulang dari Bali baru melanjutkan usaha ini,” ujar Isrohadi dengan penuh kebanggaan.

Read More

Baca Juga: Dua Alumni UGM Tembus Antartika: Mengungkap Misteri Fosil dan Batuan Purba

Dalam sebuah rumah produksi sederhana, tangan-tangan terampil memotong, menjahit, hingga menghias kulit mentah menjadi tas, dompet, sabuk, dan aksesori lain. Dalam sebulan, Isrohadi bersama tim kecilnya mampu menghasilkan 100 produk berkualitas tinggi, membawa nama Manding ke pasar nasional, dari Bali hingga kota-kota besar lainnya.

Namun, lebih dari sekadar jumlah, produk-produk ini berbicara tentang ketelitian dan dedikasi. Proses dimulai dari pemilihan kulit terbaik yang disamak agar tetap awet dan lentur. Pola kemudian digambar, dipotong, dan dijahit, hingga akhirnya dihias dengan teknik embossing yang memperkuat karakter produk.

Di tengah persaingan dengan produk impor dan perubahan selera konsumen, Isrohadi tetap setia pada keaslian. “Kami mengutamakan kualitas. Itu yang membuat pelanggan tetap percaya pada kerajinan kulit Manding,” jelasnya.

Baca Juga: Kecanduan Game Koin Jagat, Ini Kata Sosiolog UGM Yogyakarta

Sementara itu, kreativitas tidak berhenti di sana. Yanto, salah satu karyawan, memanfaatkan kain perca yang tersisa untuk diubah menjadi suvenir unik. Upaya ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi usaha keluarga tersebut.

Bagi Isrohadi dan para pengrajin lainnya, kerajinan kulit bukan sekadar pekerjaan, melainkan cerminan budaya dan jati diri. Warisan seni ini telah memberi kehidupan bagi banyak keluarga di Manding sekaligus mengukuhkan desa ini sebagai pusat kerajinan kulit yang diakui secara nasional.

Di tengah gemuruh modernitas, Manding terus membuktikan bahwa tradisi tidak harus kalah oleh zaman. Seni kerajinan kulit di desa ini adalah simbol bagaimana budaya lokal dapat bertahan, berkembang, dan tetap dihargai. (Pemkab Bantul)

Related posts