BacaJogja – Pemanfaatan Dana Keistimewaan (Danais) selama ini dinilai lebih banyak diarahkan untuk menunjang sektor pariwisata dan kebudayaan melalui berbagai kegiatan dan acara. Ketua Komisi D DPRD DIY, RB Dwi Wahyu B, S.Pd., M.Si., menyoroti rendahnya alokasi Danais untuk sektor pendidikan, terutama bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang memiliki peran vital dalam mencetak tenaga kerja siap pakai.
“Dais harus dirasakan dunia pendidikan, khususnya SMK. Sekolah kejuruan itu praktis mendidik siswa menjadi ahli yang siap kerja,” ujar Dwi Wahyu di hadapan puluhan kepala sekolah SMK, lurah, kepala desa, asosiasi, dan praktisi pariwisata dalam FGD tentang pariwisata, desa wisata, dan pemanfaatan Danais di Hotel Royal Darmo, Yogyakarta, Kamis, 5 Desember 2024.
Baca Juga: Takopokki: Rekomendasi Kuliner Jepang dan Korea di Dekat Kampus UAD Yogyakarta
Dwi Wahyu menilai banyaknya jurusan di SMK, seperti boga, busana, pariwisata, otomotif, komputer jaringan, digital, hingga desain komunikasi visual, harus didukung dengan laboratorium praktis yang memadai. Hal ini penting agar siswa lebih mahir dan adaptif dengan kebutuhan kerja di era modern.
“Dana keistimewaan yang besar harus langsung dirasakan anak-anak Jogja. Sayangnya, hanya sedikit anak asli Jogja yang mampu kuliah di perguruan tinggi ternama seperti UGM atau UNY. Ini bisa jadi karena UKT yang tinggi atau kurangnya kompetensi,” tambah Dwi.
Ia juga mengajak sekolah untuk tetap memotivasi siswa melanjutkan pendidikan atau bekerja dengan didukung sarana yang layak, termasuk melalui akses Danais.
Baca Juga: ISEO 2025: Energi Baru Ekonomi Syariah untuk Transisi dan Keberlanjutan Nasional
Arif Kurniarragman, S.S., M.A., salah satu narasumber dalam FGD, mendorong adanya perubahan pola pikir di kalangan SMK terkait pemagangan siswa. Ia mengusulkan agar sekolah bekerja sama dengan desa wisata atau kelompok sadar wisata (Pokdarwis) sebagai tempat magang, khususnya untuk jurusan pariwisata atau boga.
“Pemagangan tidak harus di hotel atau restoran mewah. Dengan melibatkan desa wisata, siswa dapat lebih kreatif dan memberikan kontribusi nyata,” ujar Arif. Menurutnya, keterlibatan siswa muda dalam desa wisata dapat mengubah persepsi bahwa desa wisata hanya untuk generasi yang lebih tua.
Mendukung Pariwisata Berbasis Desa
Senada dengan Arif, Drs. H. Taufik Ridwan dari Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) DIY menekankan pentingnya hubungan erat antara SMK dan industri pariwisata berbasis desa. Desa wisata, kampung wisata, dan destinasi berbasis komunitas dapat menjadi tempat belajar sekaligus pengembangan kreativitas siswa.
Baca Juga: KAI Commuter Blacklist Pelaku Pelecehan Seksual: Komitmen Tegas Lindungi Penumpang
“Dengan PAD DIY yang mayoritas berasal dari pariwisata, SMK harus lebih agresif mendekati industri pariwisata berbasis desa. Ini juga mendorong regenerasi wisatawan agar terus tumbuh,” kata Taufik.
Diskusi ini menghasilkan harapan besar agar Danais dapat lebih menyentuh sektor pendidikan, khususnya SMK, yang menjadi kunci bagi regenerasi tenaga kerja berkualitas. Kolaborasi antara SMK, desa wisata, dan pelaku pariwisata berbasis komunitas diharapkan mampu menciptakan sinergi yang berdampak positif, baik untuk dunia pendidikan maupun industri pariwisata di Yogyakarta. []