BacaJogja – Jika berbicara tentang ingkung, Bantul layak disebut sebagai surga kuliner khas ini. Salah satu tempat yang patut dikunjungi adalah Ingkung Cancut Taliwondo Mbah Kentol, sebuah warung legendaris yang terletak di Kentolan Lor, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Bantul. Tidak hanya menyajikan cita rasa otentik, warung ini juga membawa cerita perjuangan dan semangat gotong royong melalui setiap hidangannya.
Filosofi di Balik Nama “Cancut Taliwondo”
Nama “Cancut Taliwondo” berasal dari istilah Jawa yang bermakna bekerja keras bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dalijan, yang akrab disapa Mbah Kentol, sengaja menyematkan nama ini untuk mengenang perjuangan warga Kentolan melawan penjajah di masa lampau.
“Dulu, simbah buyut saya selalu menggelorakan semangat Cancut Taliwondo saat berjuang. Sekarang, saya juga berjuang, tapi di jalur ekonomi,” ujar Mbah Kentol, yang kini berusia 69 tahun, Selasa, 7 Januari 2025.
Baca Juga: Bus PO Murni Jaya Kecelakaan di Kulon Progo
Warung yang didirikannya pada tahun 2015 ini tidak hanya menjadi ladang penghidupan, tetapi juga wadah pemberdayaan masyarakat sekitar. Mulai dari pasokan ayam kampung asli, arang, hingga kelapa dan tenaga kerja untuk memasak, semuanya melibatkan warga sekitar.
Memasak dengan Cinta dan Warisan Tradisi
Keunikan Ingkung Cancut Taliwondo tidak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga proses memasaknya yang dilakukan secara terbuka. Mbah Kentol, dengan mengenakan busana Jawa, memasak langsung di depan pelanggan, sembari mendemonstrasikan cara memasak ingkung khasnya.
“Ini kan ilmu yang saya miliki. Kalau ilmu tidak dibagi, saya dosa. Ilmu itu harus disebarkan supaya banyak orang pintar,” tutur Mbah Kentol sambil tersenyum.
Baca Juga: Program Prabowo-Gibran Makan Bergizi Gratis Diluncurkan, Ternyata Anies Sudah Memulainya pada 2019
Proses memasaknya pun mengikuti tradisi nenek moyang, menggunakan tungku tradisional dan kreneng (keranjang bambu). Ayam kampung yang telah diisi rempah-rempah seperti jahe, serai, laos, dan daun salam, dimasak selama empat jam hingga empuk.
“Pernah ada pelanggan yang sakit dan bosan makan bubur. Ndilalah, ingkung saya jadi obat karena empuk dan rasanya cocok,” kenang Mbah Kentol.
Inspirasi Usia Senja
Di usianya yang menginjak 69 tahun, Mbah Kentol membuktikan bahwa semangat pantang menyerah tidak mengenal batas usia. Dengan dedikasi dan konsistensinya, warung ini sering menjadi tujuan wisata kuliner dan dikunjungi berbagai tokoh publik.
Tidak hanya menyajikan kuliner khas, Ingkung Cancut Taliwondo juga menjadi simbol semangat perjuangan dan kebersamaan, sesuai dengan filosofi nama yang diusung. Bagi Anda yang ingin mencicipi ingkung otentik dengan cerita perjuangan di baliknya, warung ini adalah tempat yang wajib dikunjungi! (Pemkab Bantul)