Jembatan Srandakan Lama: Saksi Sejarah Seabad yang Akhirnya Runtuh di Sungai Progo

  • Whatsapp
jembatan srandakan putus
Jembatan Srandakan Lama akhrnya putus pada 6 Februari 2025. (Foto: Istimewa)

BacaJogja– Jembatan Srandakan Lama yang menghubungkan Kabupaten Bantul dan Kulon Progo akhirnya putus pada Kamis (6/2/2025) malam, bertepatan dengan Malam Jumat Kliwon. Insiden ini langsung menjadi perbincangan hangat di masyarakat termasuk di media sosial, dengan berbagai foto dan video yang memperlihatkan kondisi jembatan setelah runtuh.

Jembatan yang membentang di atas Sungai Progo ini memang telah lama menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Salah satu tiang penyangganya patah, membuat struktur semakin rapuh. Banyak warga dan pengamat infrastruktur memperkirakan bahwa jembatan ini hanya tinggal menunggu waktu sebelum akhirnya jugruk alias patah. Kekhawatiran itu pun terbukti, jembatan ini putus pada Kamis Wage malam.

Read More

Baca Juga: Sertifikasi Halal Bantu UMKM Yogyakarta Melangkah ke Pasar Lebih Luas

Informasi yang dihimpuan dari berbagai sumber, Jembatan Srandakan pertama kali dibangun pada 1925 dan diresmikan pada 1929 sebagai jalur kereta api lori pengangkut tebu. Jembatan ini memiliki panjang 531 meter dengan 59 bentang masing-masing sepanjang 9 meter. Awalnya, struktur lantainya menggunakan kayu sebelum diganti menjadi beton pada 1962.

Seiring waktu, jembatan ini mengalami beberapa kali renovasi dan perubahan fungsi. Pada 1951, jembatan lori ini dialihkan menjadi jembatan jalan raya. Kemudian, pada periode 1979-1985, dilakukan perlebaran jembatan dari 3,3 meter menjadi 5,5 meter serta penggantian material gelagar dari baja menjadi komposit.

Namun, struktur bawah jembatan—terutama pilar dan fondasinya—tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali dibangun. Akibatnya, faktor usia dan kondisi lingkungan menjadi pemicu utama degradasi struktur jembatan.

Baca Juga: Prabowo Izinkan Pengecer Jual LPG 3 Kg Lagi, Kini Berstatus Sub-Pangkalan

Putusnya Jembatan Srandakan Lama bukanlah kejadian tiba-tiba. Sejumlah faktor telah berkontribusi terhadap kegagalan struktur jembatan ini, antara lain:

Dasar Sungai Progo mengalami penurunan hingga 3 meter sejak pembangunan jembatan. Hal ini mengurangi daya dukung fondasi terhadap beban di atasnya. Di sisi lain ada gerusan lokal di sekitar pilar sehingga saat aliran sungai yang deras menyebabkan erosi di sekitar fondasi, memperlemah struktur jembatan seiring waktu.

Faktor lainnya karena Lalu lintas harian rata-rata (LHR) meningkat tajam dari 5.000 kendaraan pada 1984 menjadi 20.000 kendaraan pada 2000. Peningkatan volume ini memberikan tekanan besar pada struktur jembatan yang pada awalnya tidak dirancang untuk menahan beban sebesar itu.

Baca Juga: Jadwal Lengkap Layanan SIM Sleman Februari 2025: Cek Lokasi dan Syaratnya!

Beberapa langkah perbaikan telah dilakukan sejak tahun 1990-an, seperti pemasangan bronjong dan rehabilitasi fondasi. Namun, upaya ini tidak sepenuhnya berhasil karena justru menyebabkan penyempitan alur sungai dan meningkatkan gerusan di sekitar pilar.

Sejumlah ahli menilai kerusakan pada tiang penyangga semakin parah setelah DAM Srandakan jebol. Banyak yang menyebut dipicu akibat penambangan pasir di kawasan tersebut.[]

Related posts