Makam Pajimatan Imogiri: Peristirahatan Terakhir Sultan Agung dan Raja-Raja Mataram

  • Whatsapp
Makam Pajimatan Imogiri
Makam Pajimatan Imogiri Bantul Yogyakarta (Istimewa)

BacaJogja – Makam Raja Pajimatan Imogiri terletak di Dusun Pajimatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, sekitar 17 kilometer sebelah selatan pusat Kota Yogyakarta. Kompleks makam ini berdiri megah di puncak Bukit Merak dengan ketinggian 85 meter di atas permukaan laut, memberikan panorama indah sekaligus nuansa sakral yang kental.

Sejarah dan Makna Nama Pajimatan

Nama “Pajimatan” berasal dari kata “jimat,” yang berarti sesuatu dengan kekuatan perlindungan. Oleh karena itu, Pajimatan diartikan sebagai tempat peristirahatan terakhir raja-raja Mataram yang diyakini memiliki kesaktian dan berperan dalam melindungi kerajaan dari berbagai ancaman. Selain menjadi kompleks makam, nama Pajimatan juga digunakan untuk menyebut dusun di sekitarnya, yang dihuni oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Surakarta yang bertugas mengurus kompleks makam.

Read More

Baca Juga: Tahun Ke-9, Gerakan Bersih Masjid 2025 Hadir di Semarang dan Yogyakarta Jelang Ramadan

Asal-Usul dan Pembangunan Makam

Pembangunan Makam Pajimatan Imogiri diprakarsai oleh Sultan Agung pada abad ke-17. Setelah memindahkan pusat pemerintahan Mataram dari Kotagede ke Kerto pada tahun 1616 Masehi, Sultan Agung berencana membangun makam yang berbeda dari Makam Hastorenggo di Kotagede, tempat pemakaman leluhurnya.

Menurut legenda, Sultan Agung menentukan lokasi makam dengan cara menggenggam pasir dan melemparkannya. Awalnya, pasir jatuh di daerah Giriloyo, sehingga makam pertama dibangun di sana. Namun, setelah Panembahan Juminah (Sultan Cirebon), yang bertugas mengawasi pembangunan, wafat dan dimakamkan di Giriloyo, Sultan Agung melempar pasir kembali, yang kali ini jatuh di Bukit Merak. Akhirnya, kompleks makam dibangun di sana dan menjadi tempat peristirahatan Sultan Agung setelah wafat pada tahun 1645 Masehi.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UAD dan Warga Pasurenan Banjarnegara Kembangkan Pupuk Organik dari Arang dan Urine Kambing

Struktur dan Pembagian Kompleks Makam

Berdasarkan catatan Babad Momana, pembangunan makam dimulai pada tahun 1632 Masehi dan selesai pada 1645 Masehi. Kompleks Makam Pajimatan Imogiri dibagi menjadi delapan bagian yang disebut “Astana” atau “Kedhaton”:

  1. Astana Sultan Agungan – Tempat peristirahatan Sultan Agung dan Susuhunan Amangkurat II.
  2. Astana Paku Buwanan – Makam Susuhunan Paku Buwana I, Amangkurat IV, dan Paku Buwana II.
  3. Astana Suwargan – Tempat peristirahatan Sultan Hamengku Buwana I dan III.
  4. Astana Besiyaran – Makam Sultan Hamengku Buwana IV, V, dan VI.
  5. Astana Saptorenggo – Tempat makam Sultan Hamengku Buwana VII, VIII, dan IX.
  6. Astana Kasuwargan – Makam Susuhunan Paku Buwana III, IV, dan V.
  7. Astana Kaping Sangan – Tempat makam Susuhunan Paku Buwana VI hingga IX.
  8. Astana Kaping Sedasan – Peristirahatan Susuhunan Paku Buwana X hingga XII.

Baca Juga: 11 Tahun Lalu, Jogja Terkubur Abu: Ketika Kelud Mengubah Hari Kasih Sayang Menjadi Kelabu

Kompleks makam ini dibagi menjadi dua bagian utama: sayap barat untuk raja-raja Kasunanan Surakarta dan sayap timur untuk raja-raja Kasultanan Yogyakarta. Setiap astana dipisahkan oleh tembok dan memiliki gerbang khas seperti paduraksa dan candi bentar. Area makam juga memiliki sistem halaman bertingkat, dengan halaman paling belakang (paling tinggi) menjadi area paling sakral karena menjadi tempat pemakaman para raja.

Makam Pajimatan Imogiri bukan sekadar tempat peristirahatan raja-raja Mataram, tetapi juga simbol kejayaan, spiritualitas, dan tradisi yang tetap lestari hingga kini. Sebagai destinasi wisata sejarah, kompleks makam ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kerajaan Mataram dan pewarisnya, Yogyakarta dan Surakarta. (Jogjacagar)

Related posts