Bantul – UMKM sangat dominan di Indonesia dan tumbuh pesat seiring dengan munculnya banyak potensi dan peluang usaha di berbagai daerah. Peran UMKM cukup tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. UMKM menjadi tulang punggung perekenomian Indonesia karena dapat menyerap tenaga kerja.
Namun saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, peranan UMKM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tidak sesuai harapan. Hal ini diakibatkan banyaknya UMKM yang terganggu aktivitas usahanya bahkan ada yang berhenti total.
Baca Juga: Mengunjungi Taman Kuliner Gilangharjo Pandak Bantul Yogyakarta
Tirtamas, adalah satu pelaku bisnis kanvas minuman yang beroperasi di wilayah Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul. Sejak pagebluk, pola pergerakan grafik omzetnya sangat tidak teratur.
“Dampak pandemi ini mengakibatkan bisnis retail minuman kemasan mengalami penurunan omzet yang cukup signifikan, meski masih bisa bertahan dan tetap berjalan,” ujar Sukirno, salah satu pegawai Tirtamas.
Baca Juga: Tiga Kunci UKM di Yogyakarta Sukses Sesuai Arahan Sri Sultan HB X
Di Daerah Istimewa Yogyakarta ada lebih dari 30 pelaku bisnis kanvas minuman kemasan. Semuanya mengalami penurunan omzet penjualan karena beberapa hal yang tidak bisa dihindari.
Pertama, Sekolah tutup/libur. Sekolah atau kampus adalah market yang sangat potensial bagi para pelaku bisnis minuman kemasan. Daya serap sangat tinggi, terutama di level SMA/K sampai dengan kampus.
Kedua, destinasi pariwisata tutup. Tempat pariwisata juga merupakan market yang sangat potensial bagi para pelaku bisnis minuman kemasan, namun dengan adanya kebijakan PPKM, akhirnya tempat pariwisata mengalami penutupan yang otomatis mengakibatkan aktivitas ekonomi di dalamnya juga mengalami hal yang sama.
Ketiga, permintaan toko/Orderan. Permintaan toko atau warung juga mengalami penurunan karena daya beli masyarakat sekitar otomatis juga mengalami penurunan diakibatkan oleh menurunnya penghasilan mereka, terutama masyarakat yang bekerja di sektor nonformal, sudah pasti mengalami penurunan penghasilan, bahkan ada yang sampai kehilangan pekerjaan.
Baca Juga: Menengok Geliat Produksi Rumah Batik Jinggar Kota Yogyakarta
Keempat, Suplay Barang berkurang. Suplay barang dari suplayer atau distributor juga banyak yang mengalami penurunan. Ini diakibatkan karena perusahaan/distributor tersebut juga terkena dampak pandemi, sehingga produktivitasnya juga menurun. Inilah yang disebut dengan Mata Rantai Dampak Buruk Pandemi. Ketika suplayer collaps, tidak bisa memasok barang, dan barang tersebut masih ada yang membutuhkan meski berkurang, maka otomatis menjadikan omzet berkurrang. Diberikan barang subtitusi atau pengganti kadang juga tidak bersedia.
Kelima, Kantor Swasta dan Pemerintah Tutup. Adanya kebijakan WFH, mengakibatkan perkantoran tutup, baik itu kantor swasta maupun negeri. Seperti diketahui, ada banyak aktivitas ekonomi di sekitar atau di dalam kantor tersebut, namun karena kantor tutup, otomatis aktivitas ekonomi di sekitarnya juga mengalami hal serupa.
Baca Juga: Ide Keren Pelaku UMKM di Bantul, Bikin Keripik Daun Kersen yang Kini Laris Manis
Namun, salah satu bisnis kanvas minuman ini melakukan strategi dengan menelusuri warung warung yang ada di tengah desa, hal ini berguna untuk menambah konsumen, agar permintaan konsumen tetap tinggi dan bisnis kanvas minuman ini tetap berjalan.
“Harapan kami, para pelaku bisnis kanvas minuman, pada 2022 ini pandemi bisa segera berakhir, dan kondisi ekonomi pulih lagi, produktivitas bisnis meningkat lagi, dan tentunya sangat berharap adanya kelonggaran kebijakan pemerintah terkait pandemi, yang akhirnya bisa mendorong laju ekonomi dan produktivitas UKM/UMKM,” kata Sukirno. []
Penulis artikel: Aqilla Tauhidta Arla Putri, mahasiswi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa didampingi Dosen Ignatius Soni Kurniawan.