BacaJogja – Banyak sekali penawaran investasi dari sejumlah pihak yang menjanjikan keuntungan yang berlebih. Maraknya penawaran investasi secara online akhir-akhir ini perlu diwasapdai. Faktanya banyak yang sudah menjadi korban. Kecerdasan finansial menjadi cara jitu agar tidak mudah tergiur dan menjadi korban penipuan.
Kasubdit 2 Ditreskrimsus Kompol Hario Duto Pamungkas memaparkan banyak modus yang ditawarkan kepada calon korban. Salah satu modus yang lagi tren yakni menjaring calon korban lewat media sosial. Kemudian memasukkan calon korban dalam satu wadah seperti grup WhatsApp atau Telegram.
Baca Juga: Penampakan Hotel Lafayette Yogyakarta yang Disita Kejagung Kasus Korupsi Asabri Rp22,78 Triliun
“Awalnya korban dimasukkan ke grup WhatsApp yang berisi para praktisi-praktisi. Di situ dijelaskan yang sudah mendapatkan keuntungan dan mendapatkan reward, sehingga calon korban ini tertarik,” ujarnya dalam Talk Show berjudul “Waspada Penipuan Bermodus Investasi” di Jogja City Mall pada Sabtu 16 April 2022.
Investor atau nasabah pada awal-awal investasi masih mendapatkan keuntungan. Hal inilah yang membuat calon korban yakin dan pelaku bisa menggaet kolega-koleganya untuk ikut menanamkan modal.
Baca Juga: Polda DIY Beberkan 56 Link Akun Pelaku Penipuan Jual Beli Online
Dia mengatakan, kasus peniupuan berkedok investasi ini semakin marak. Saat ini ini saja, Polda DIY juga sedang menangani tiga laporan penipuan berkedok investasi ini. Total nilai yang diderita mencapai Rp2,6 miliar.
Kabag Pengawasan INKB OJK Dinavia Tri Riandari mengungkapkan, investasi bodong ini biasanya menawarkan keuntungan yang tinggi dan bonus-bonus lainnya. Selain itu, juga akan menggunakan public figure untuk menarik minat masyarakat. “Jika terlanjur berinvestasi dan menemui kejanggalan, segera tarik uangnya dan laporkan ke polisi,” jelasnya.
Baca Juga: Emak-emak Korban Penipuan Arisan Online Unjuk Rasa di PN Bantul
Perwakilan KADIN DIY Timotius Apriyanto mengajak masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan iming-iming keuntungan. “Jika sudah dijanjikan keuntugan lebih dari 10 persen, maka harus waspada, itu risiko tinggi dan bisa dipastikan bodong,” jelasnya.
“Karena ada proses produksi, pajak, biaya distribusi dan lain-lain, sehingga tidak mungkin memberikan keuntungan lebih dari 10 persen,” imbuhnya lagi. []