BacaJogja – Syal menjadi salah satu kebutuhan untuk tampil keren dan menambah percaya diri. Kebutuhan fashion ini mengalami trend di kalangan anak muda. Salah satunya syal dengan teknik ecoprint untuk menghias permukaan kain dan warna yang dihasilkan dari bahan alam.
“Proses ecoprint merupakan sesuatu yang unik karena melalui pengukusan untuk memunculkan bentuk daun dan tumbuhan dari warna alam,” kata mahasiswi rogram studi pendidikan tata busana Fakultas Teknik UNY Hasanatun Robbani pada pelatihan pembuatan syal stylish morif ecoprint di Bajang Wijirejo Pandak, Bantul, Kamis, 30 Juni 2022.
Baca Juga: Daftar 20 Warisan Budaya Tak Benda di Bantul, Ada Sate Klatak hingga Nini Thowong
Dia mengatakan, motif yang tercipta dari bahan print yang berasal dari alam menunjukkan bentuk dan tekstur yang sangat mirip dengan aslinya dengan hasil warna sesuai dengan kandungan bahan alam itu sendiri. “Teknik pewarnaan yang mudah dan ramah lingkungan semakin menambah daya tarik pewarnaan ecoprint, ditambah lagi dengan sifat warnanya yang natural dan lembut,” jelasnya.
Meurut dia, untuk membuat syal diperlukan kain sejenis kain santung yang mirip sutera namun harganya jauh lebih terjangkau. Alat dan bahan yang diperlukan adalah kain santung, trash bag, berbagai macam daun seperti daun kenikir, daun jati atau daun kersen.
Baca Juga: Makna Upacara Adat Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri di Parangtritis Bantul
Bahan yang diperlukan sodium asetat, bahan pewarna alam berupa kayu secang, air, ember, tali rafia, panci pengukus dan kompor. Serta bahan pengunci warna yaitu tawas dan tunjung. “Kain yang digunakan perlu ditreatment lebih dahulu agar dapat menerima zat warna dengan baik melalui proses mordanting serta pewarnaan alami dengan secang,” ujar Ratu, sapaan akrabnya.
Cara membuat ecoprintnya, pertama bentangkan kain yang sudah ditreatment di atas trash bag. Tempelkan dedaunan dengan membentuk pola pada kain dan diusahakan daun tidak keluar dari kain. Kemudian tutup kain yang telah diberi dedaunan dengan trash bag sehingga semua permukaan kain tidak terlihat, lalu gulung kainnya. Upayakan permukaan kain rata dan ditarik agar kencang sehingga pencetakan dedaunan akan utuh sempurna.
Baca Juga: Pererat Catur Sagatra, Puro Mangkunegaran Kunjungi Keraton Yogyakarta
Warga Banguntapaan Bantul ini mengungkapkan, gulungan kain lalu diikat dengan rafia kemudian masukkan panci untuk dikukus selama 2 jam. Setelah dikeringkan maka kain difiksasi dengan merendamnya pada air tawas atau air tunjung dengan perbandingan 1 liter air hangat dengan 14 gram bahan pengunci. Bilas dan keringkan. “Setelah kering kain bisa digunakan sebagai syal yang gaul dengan bahan ekonomis,” katanya.
Dia mengatakan, tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan minat dan bakat ketrampilan peserta dalam memanfaatkan bahan yang ada di sekitar untuk mendapat income. Selain itu untuk memberdayakan peserta dengan meningkatkan jiwa kewirausahaan.
Baca Juga: Sejarah dan Cikal Bakal Nama Sewon di Bantul Yogyakarta
Menurutnya pelatihan ini bermanfaat bagi peserta karena mendapatkan edukasi berpenampilan stylish dengan produk handmade berbahan minimalis sekaligus menggali minat serta bakat kerampilan dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar.
Kegiatan teknik ecoprint ini merupakan salah satu program kerja mahasiswa KKN UNY dan diikuti warga. Kegiatan ini sangat memberikan dampak positif dan banyak manfaat terutama bagi warga setempat. Peserta mampu memahami minat dan bakat keterampilannya dalam memanfaatkan bahan yang ada di sekitar. []