Polemik Jilbab, Guru Ajarkan Murid Taat Agama Seharusnya Tidak Dipermasalahkan

  • Whatsapp
pelajar pancasila
Menoreh Institute menggelar diskusi publik dengan menghadirkan beberapa pakar pendidikan dari UGM dan UNY, Senin, 15 AAgustus 2022 malam. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Menoreh Institute menggelar diskusi publik dengan menghadirkan beberapa pakar pendidikan dari UGM dan UNY, Senin, 15 AAgustus 2022 malam.

Dari diskusi ini menyimpulkan perlunya peningkatan pemahaman dan aplikasi karakter pelajar Pancasila. Polemik terkait jilbab dan kegiatan kegiatan keagamaan di sekolah sebenarnya tidak perlu terjadi jika memahami karakter pelajar Pancasila.

Read More

Umroh akhir tahun

Prof. Khairudin dari UNY menyampaikan tentang elemen kunci gotong royong dalam pendidikan adalah kolaborasi, kepedulian dan berbagi. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan profil pertama yang semestinya dimiliki oleh pelajar Pancasila.

Baca Juga: Cerita Novi, Anak Buruh Tani di Bantul yang Kini Menjadi PNS Guru

Menurut dia, guru adalah sosok yang sangat penting perannya dalam hal ini. “Sehingga jika ada guru mengajarkan muridnya untuk beribadah dan taat agama semestinya tidak dipermasalahkan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, mempermasalahkan guru yang melaksanakan tugasnya bisa terjadi karena komunikasi yang kurang baik antara orang tua dengan pihak sekolah. “Perbaikan komunikasi dan kerja sama sekolah dan orangtua wali menjadi sangat penting saat ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Empat Mahasiswa Arsitektur UII Yogyakarta Lolos Belajar di Eropa dan Amerika

Prof Yuny Erwanto dari UGM menyampaikan perlunya bijaksana menjadi orang tua. Komunikasi dan kerja sama antara orangtua dengan sekolah adalah mutlak sangat penting untuk keberhasilan pendidikan. Berbagai problem ini merupan PR bersama yang diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara institusi pendidikan dan orang tua.

“Bukan saatnya sebenarnya berpolemik saling mencari kesalahan. Saatnya berkolaborasi mencari solusi, jika ada kesalahan saling memaafkan,” tegasnya.

Baca Juga: Profil Mahasiswi Cantik UNY Juara 2 Duta Arsip Yogyakarta

Pemerhati pendidikan dari kalangan milenilal, Muhammad Syamsyudin menyampaikan kondisi pemuda saat ini banyak yang perlu dibenahi bersama. Pasalnya sekitar 79 persen pemuda lebih senang menghabiskan waktunya dengan gadget, minat baca sangat rendah, sifat foya-foya terlalu menonjol, nilai-nilai norma dalam diri remaja mulai banyak yang luntur dan kecenderungan kurang memahami jati diri maupun budaya Indonesia. “Budaya barat maupun asing yang negatif dan kadang kurang sesuai dengab budaya bangsa banyak diikuti,” ungkapnya.

Pimpinan Menoreh Institute Dr. Deni Herdianto melakukan survey terhadap 925 responden di seluruh Indonesia terkait Profil Pelajar Pancasila. Hasil survey menjelaskan bahwa 50 persen responden sudah mengetahui tentang profil pelajar pancasila, sementara 33 persen mengetahui sebagian dan 17 persen tidak mengetahui sama sekali.

Baca Juga: Kisah Sarjana UNY Menjadi Guru di Pedalaman Sumsel, NTT, Kalteng dan Kaltim

Pertanyaan dengan jawaban ganda, 70 persen responden menyatakan bahwa guru paling berperan dalam membentuk Profil pelajar Pancasila, 53 persen menyatakan orang tua paling berperan, 45 persen lingkungan, dan 23 persen menyatakan lingkungan yang paling berperan.

“Sementara itu terkait pelaksanaan ibadah, bersikap, dan berpenampilan sesuai ajaran agama masing masing 83 persen menyatakan hal tersebut merupakan implementasi penting dari profil pelajar Pancasila,” ujar pakar Pendidikan UNY ini. []

Related posts