BacaJogja – Puncak tradisi adat Saparan Ki Ageng Wonolelo digelar Jumat, 9 September 2022. Ribuan apem akan disebar dalam acara Saparan ke-55 ini.
Sesuai jadwal sebar apem dimulai selepas salat Jumat atau pukul 14.00 WIB. Sebelum sebar apem, acara di mulai dengan tari-tarian dan fragmen. Setelah itu dilanjutkan dengan kirab budaya, kirab budaya, kirab gunungan.
Baca Juga: Mengenal Ki Ageng Wonolelo dan Tradisi Saparan di Sleman Yogyakarta
Rangkaian acara tersebut dimulai dari halaman Masjid menuju makam Ki Ageng Wonolelo. Puncaknya dengan penyebaran apem lalu pentas karawitan.
Adapun rangkaian acara pada puncak Saparan ke-55 ini selain sebar ribuan apem, pada pagi harinya ada entas jathilan yang dimainkan oleh Satrio Turonggo Jati mulai pukul 10.00 – 17.00 WIB.
Baca Juga: Sejarah Apem dan Jadwal Lengkap Saparan Wonolelo 26 Agustus-10 September 2022
Malam harinya dilanjutkan dengan pentas Jathilan lagi mulai pukul 19.00-23.00 WIB. Kali ini dipentaskan oleh Kuda Satria Mataram. Pentas Jathilan digelar di panggung 2.
Sebagai penutup rangkaian puncak Saparan dengan pagelaran wayang semalam suntuk dengan Dalang Ki Sudarmanto. Pentas wayang kulit digelar di panggung 3 mulai pukul 20.00 WIB.
Baca Juga: Bekakak, Rebo Pungkasan dan Event Budaya Lainnya di Yogyakarta September 2022
Pada Sabtu, 10 September 2022 masih ada pentas kesenian; yakni penampilan seni Jathilan oleh Turonggo Bau Seta. Acara dimulai pukul 20.30 – 24.00 WIB. Sedangkab di panggung 3 ada pentas watang kulit dengan dalang Wijanarko dan Ki Suratin.
Saparan Ki Ageng Wonolelo ke-55 ini digelar selama 14 hari. Terhitung mulai 26 Agustus hingga 10 September 2022.
Agenda setiap hari berupa pengajian, pentas seni dan budaya secara bergantian meliputi Festival Apem, pentas Jathilan, kethoprak, macapat, kesenian kreasi anak, kesenian religius Badui dan Hadroh, karawitan hingga band dan dangndut.
Asal Muasal Sebar Apem
Ki Ageng Wonolelo atau yang dikenal dengan Syeh Jumadigeno merupakan ulama besar. Menunaikan ibadah haji pada tahun 1511 (tahun jawa). Berawal dari kurangnya oleh-oleh roti gimbal, Ki Ageng Wonolelo meminta kepada Nyai Ageng untuk membuat kue apem.
Apem itu kemudian dibagikan kepada santri dan tetangga yang meminta buah tangan dari Ki Ageng Wonolelo sepulang dari Tanah Arab. Tradisi pembagian atau penyebaran ini terus dilestarikan oleh warga Pondok Wonolelo setiap bulan sapar. Apem dibagi-bagikan kepada warga berziarah di Makam Ki Ageng Wonolelo.
Baca Juga: Rute dan Urut-urutan Kirab Saparan Bekakak di Gamping Sleman 2022
Ki Ageng Wonolelo merupakan keturunan Prabu Brawijaya V yang sangat berjasa terhadap Kerajaan Mataram. Ki Ageng Wonolelo bisa memastikan Sriwijaya tetap bagian dari Mataram.
Pada saat itu, Ki Ageng Wonolelo diutus ke Sumatra untuk melihat Sriwijaya di Palembang yang kelihatanya akan melepaskan diri dari Mataram. “Beliau bisa memastikam Kerajaan Sriwijaya tetap berada di bawah Mataram,” kata GKR Hemas saat membuka acara Saparan Ki Ageng Wonolelo.
Baca Juga: Mengenal Upacara Adat Bekakak Keraton Yogyakarta di Gamping Sleman
Menurut dia, Ki Ageng Wonolelo juga memiliki ilmu kebatinan yang sangat tinggi. Demikian pula jasanya yang luar biasa, sehingga sampai saat ini masih tetap diperingati jasa dan perjuangannya.
Untuk memperingatinya dengan melakukan kirab pusaka peninggalan Ki Ageng Wonolelo, seperti Alquran, Baju Ontokesumo, kopyah dan tongkat potongan kayu mustaka masjid dan segala jenis rerangkaianya. []