BacaJogja – Ardhito Pramono, penyanyi-penulis lagu, aktor dan penyiar radio yang merupakan salah satu musisi yang dikenal dengan karya-karyanya yang bergenre pop jazz. Ia memulai debutnya sebagai penyanyi di tahun 2013. Namanya naik dan cukup banyak dibicarakan karena karya-karyanya seperti Bitterlove, Fine Today dan beberapa karya lainnya yang banyak disukai oleh anak-anak muda.
Ditambah beberapa film yang dibintangi seperti Story of Kale, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Dear Nathan dan beberapa film lainnya yang membuat kariernya semakin naik.
Pada 13 Juli 2022 lalu, ia kembali menunjukkan eksistensinya dalam dunia musik Indonesia dengan merilis album yang berjudul Wijayakusuma melalui berbagai digital platform musik.
Baca Juga: INIAJAITU Resmi Merilis Single Berita Palsu pada Desember Ini
Dalam album terbarunya ia memberikan nuansa yang berbeda dari karya-karyanya yang sebelumnya didominasi genre jazz, kali ini dalam album Wijayakusuma, Ardhito membawakan nuansa musik era 80-an. Lagu didominasi dengan bahasa Indonesia mengingat Ardhito dikenal dengan lagunya yang kebanyakan berbahasa Inggris.
Cara Ardhito menyanyikan lagunya terdengar sangat berbeda jika dibandingkan dengan karya dalam album sebelumnya. Namun tidak mengurangi keindahan dari musiknya di telinga pendengar. Dalam album Wijayakusuma ia memberikan nuansa musik 80-an, tentu saja caranya menyajikan dan mengonsep aransemen
musik juga menyesuaikan dengan apa yang ia ingin pendengar rasakan saat mendengar musiknya.
Baca Juga: Benarkah Widi Keluar dari Band Vierratale? Ini Kata Kevin
Salah satu lagunya yang berjudul Wijayakusuma dijelaskan bahwa lagu tersebut terinspirasi dengan kejadian yang ia saksikan sendiri dalam sebuah kegiatan transaksional antara orang asing yang hendak menguasai sebuah lahan. Orang asing itu membeli presentase lahan 99 persem dan disisakan 1 persen untuk adat di salah satu pulau eksotis di Indonesia.
Melalui kejadian tersebut ia merenung dengan melhat begitu banyaknya seni dan kekayaan budaya asli Indonesia mulai pudar, bahkan dalam pola pengkaryaan, sering kali kita condong melihat kesenian luar dibandingkan kesenian di dalam negeri.
Melalui karya ini, ia harap dapat menceritakan keresahan, menuturkan harapan dan menyatukan kembali energi yang perlahan memudar karena banyak hal. Playlist pertama dalam album Wijayakusuma berjudul Mula; hanya sebuah instrumental yang dapat dikatakan sebagai overture dari album Ardhito yang memberikan kesan pembuka awal musik baru.
Baca Juga: Dilan Cepmek Bikin Lagu, Ternyata Ini Arti Liriknya
Ardhito memberikan sedikit sisipan melodi dari karya sebelumnya yang berjudul Fake Optics, Cigarettes of ours, Superstar, Fine Today yang memberikan kesan flashback sebelum mendengar karya baru dalam album terbarunya.
Dalam pembuatan albumnya Ardhito mendapat bantuan dari Narpati Awangga alias Oomelo sebagai pengarah untuk menulis lirik dengan bahasa Indonesia, tidak heran lirik yang disajikan dengan melodi yang indah terdengar sangat apik. Ardhito juga menggabungkan musik gamelan dan nyanyian sinden dalam lagunya yang berjudul Wijayakusuma.
Ardhito juga dibantu oleh beberapa musisi – musisi hebat seperti Gusti Irwan Wibowo sekaligus sebagai produser dan orkestratik untuk album Wijayakusuma, Erikson Jayanto, Hezky Y.H Nainggolan dalam pembuatan album terbarunya dan Aksara Records sebagai label yang menaungi Ardhito Pramono dalam merilis album terbarunya pada bulan Juli 2022 lalu. []
Artikel ditulis oleh Florisia Revanya Josephine, mahasiswi ISI Yogyakarta.