BacaJogja – Warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memperingati Keistimewaan Yogyakarta setiap tanggal 31 Agustus. Sebelas tahun lalu, UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY.
Pemkot Yogyakarta menyambut momentum penting ini dengan menyelenggarakan sebelas tahun Keistimewaan Yogyakarta. Melalui Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yang menangani urusan kebudayaan, mengajak empat belas kemantren di Kota Yogyakarta untuk turut serta berpartisipasi dalam menampilkan potensi wilayahnya dalam perayaan sebelas tahun keistimewaan Yogyakarta.
Baca Juga: Daftar Event Budaya Memperingati 11 Tahun Keistimewaan Yogyakarta di Bantul
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, pada tahun ini 14 kemantren di Kota Yogyakarta mendapat anggaran Rp100 juta dari BKK Dana keistimewaan untuk menampilkan potensi terbaik keistimewaan. “Kami merumuskan satu kegiatan yang berkelanjutan kemudian dirumuskanlah perayaann bersama metode penggalian Living Museum bertajuk “Babad Siti Kemantren”,” katanya dalam siaran pers, Selasa, 29 Agustus 2023.
Menurut dia, dalam pameran Living Museum Bababd Siti Kemantren ini, juga menggandeng mahasiswa dari Ilmu Sejarah UGM dan Tata Kelola Seni Yogyakarta untuk turut serta mendampingi 14 kemantren dalam menggali dan menyajikan potensi wilayahnya dalam sajian Living Museum.
Baca Juga: Sapa Aruh Sri Sultan HB X dalam Satu Dasawarsa Keistimewaan Yogyakarta
“Keterlibatan dua kampus besar UGM dan ISI Yogyakarta dalam kegiatan ini merupakan usaha Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan percepatan Pembangunan Kota Yogyakarta yang mengusung konsep Temoto Temonjo Kroso dengan memaksimalkan sinergi 5 K yaitu korporasi, komunitas, kampus, kampung dan kota,” jelasnya
Dia mengatakan, implementasi dari Temoto Temonjo dalam perayaan keistimewaan Yogyakarta ditujukan agar wilayah dapat menggaet kampus untuk membantu dalam membuat master plan lewat program pengabdian yang dimiliki komunitas maupun kampus.
Baca Juga: Tjahjo Kumolo di Mata Kader PDIP, Turut Memperjuangkan Keistimewaan Yogyakarta
Selain itu, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta juga telah menunjuk tiga tenaga ahli dari latar belakang akademisi, praktisi, dan budayawan untuk mendampingi empat belas kemantren dalam proses mewujukan pameran Living Museum di wilayahnya.
Rangkaian persiapan perayaan Keistimewaan Yogyakarta ini sudah dimulai sejak Mei, diawali dengan FGD yang dihadiri oleh kemantren kemudian dilanjutkan workshop yang dilaksanakan di bulan Juli untuk memberikan bekal kepada tim kemantren dalam proses penyajian pameran ini.
Baca Juga: Dana Keistimewaan Yogyakarta Harusnya Bisa untuk Pemenuhan Hak Disabilitas
Tenaga Ahli Sri Margana menyatakan melalui proses penggalian potensi yang dilakukan oleh kemantren diharapkan dapat ditemukan keunikan masing-masing wilayah yang nantinya dapat dimonumenkan tidak hanya dalam bentuk banguna melainkan dalam bentuk karya seni.
Perayaan Peringatan Keistimewaan Yogyakarta dimulai pada 26 Agustus hingga 2 September 2023 di beberapa titik empat belas kemantren. Selain pameran Babad Siti Kemantren, diselenggarakan pula beberapa aktivitas pendukung untuk menyemarakaan peringatan keistimewaan ini baik pagelaran kesneia, heritage tour, workshop, kirab budaya, dan berbagai lomba.
Baca Juga: UU Keistimewaan dan Peluang Bisnis Kostum Kesenian di Yogyakarta
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta sudah menyiapkan beberapa hadiah kepada kemantren yang dapat menampilkan pameran Living Museum bertajuk Babad Siti Kemantren dengan apik. Adapun nominal hadiah yang disiapkan Rp47,5 juta.
Pemberian hadiah ini diharapkan dapat memotivasi kemantren untuk semaksimal mungkin menggali dan menampilkan potensi wilayahnya sehingga tercermin keunikan yang menjadi symbol keistimewaan Yogyakarta.
Kegiatan ini diharapkan dapat memantik kecenderungan Masyarakat menyelenggarakan event-event yang sifat bukan gelaran dan hanya berlangsung sementara, namun diharapkan Masyarakat dapat memanfaatkan ruang di kemantren yang sifatnya sustainable dan monumental sebagai sebuah identitas keistimewaan. []