BacaJogja – Fenomena demokrasi di Indonesia tengah menjadi perhatian serius di kalangan akademisi dan pengamat politik. Meskipun indeks demokrasi secara global mengalami peningkatan, kualitas substantif dalam hal pengawasan terhadap korupsi dan penyimpangan justru menunjukkan tren penurunan.
Hal ini disampaikan oleh Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Prof. Edy Suandi Hamid, M.Ec., dalam Seminar Nasional bertema “Budaya Partisipatif Kampus dalam Melawan Regresi Demokrasi” pada Jumat (4/10).
Baca Juga: Mengenal Klub Mencari Bunga: Komunitas Unik Pecinta Flora di Yogyakarta
Prof. Edy menyoroti ironi bahwa meskipun demokrasi berkembang secara prosedural, esensinya seperti transparansi, keadilan, dan akuntabilitas semakin memudar. “Government index kita meningkat, tapi kontrol korupsi menurun. Demokrasi kita mungkin hanya berjalan formalistik, bukan substantif,” ujarnya.
Ia juga menyoroti maraknya politik transaksional yang merusak proses demokrasi, di mana suara pemilih seringkali diperjualbelikan. Fenomena “demokrasi membunuh demokrasi” juga mencuat ketika elite politik menggunakan sistem hukum untuk memanipulasi undang-undang demi kepentingan pribadi.
Baca Juga: Student Fair 2024: 5.000 Mahasiswa Baru UMY Temukan Wadah Pengembangan Non-Akademik
Pembicara lain, Dr. Muhammad Sulhan dari Universitas Gadjah Mada, menekankan bahwa disinformasi yang menyebar di media sosial juga menjadi faktor kemunduran demokrasi di Indonesia. Menurutnya, media sosial seringkali digunakan untuk menyebarkan berita palsu oleh buzzer, sehingga kualitas demokrasi semakin terancam.
Sementara itu, Deakn Fisipol Universitas Widya Mataram Dr. As Martadani menyebutkan bahwa Indonesia saat ini mengalami penurunan pemahaman atas prinsip-prinsip demokrasi yang fundamental. Konflik sosial, ketegangan antar kelompok, serta menurunnya partisipasi masyarakat menjadi gejala nyata dari regresi demokrasi.
Baca Juga: Manfaat dan Mudarat Ekonomi Digital
Dalam kesempatan yang sama, Haryanto, dosen FISIPOL Universitas Hasanuddin, mengingatkan bahwa generasi muda, terutama mahasiswa, memiliki peran penting dalam menjaga dan menghidupkan kembali nilai-nilai demokrasi. Keterlibatan aktif mahasiswa dalam gerakan sosial menjadi salah satu cara untuk membangkitkan kembali semangat demokrasi di Indonesia.
Keputusan akademisi untuk menyoroti regresi demokrasi ini merupakan peringatan bagi seluruh elemen masyarakat tentang pentingnya menjaga nilai-nilai demokrasi yang sejati, bukan sekadar prosedural formalitas. []