BacaJogja – Sabtu (4/10/2025) pagi, dinding-dinding di sepanjang Jalan Wardani, Kotabaru, Yogyakarta, berubah menjadi kanvas raksasa. Puluhan pelajar berseragam, dengan kuas dan cat warna-warni di tangan, tengah menyalurkan imajinasi mereka lewat sapuan mural.
Kegiatan ini bukan sekadar lomba, tetapi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun ke-269 Kota Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, hadir meninjau langsung kegiatan tersebut. Dalam suasana santai dan akrab, Hasto menyapa para peserta, bahkan sempat ikut mengecat salah satu bagian mural. Ia tampak kagum dengan kreativitas pelajar yang melampaui ekspektasi.
Baca Juga: Selepas Subuh yang Muram di Rejosari Gunungkidul
“Yang pertama mereka harus punya rasa handarbeni atau memiliki. Kita ingin menumbuhkan rasa peduli kepada anak-anak, agar ikut Hamemayu Hayuning Bawono—menjaga dan memperindah dunia, terutama Kota Yogyakarta,” ujar Hasto.
Imajinasi yang Melampaui Ekspektasi
Menurut Hasto, hasil karya mural para pelajar jauh melebihi harapan. Ia semula mengira mural akan berkutat pada motif batik dan pesan moral sederhana. Namun, ternyata visual yang muncul jauh lebih imajinatif: ada Tugu Yogyakarta yang megah, punokawan yang membersihkan kota, hingga penari yang melambangkan semangat budaya Yogya.
“Di Hari Jadi Kota Yogyakarta ini, kita ingin mewujudkan gotong royong melalui keindahan. Mural menjadi bentuk nyata bahwa anak muda bisa ikut memperindah kota, bukan hanya menikmati hasilnya,” tambahnya.
Selain memperindah lingkungan, Hasto menegaskan bahwa mural juga menjadi sarana edukatif agar pelajar menjauhi vandalisme dan karya tanpa makna. “Kita ingin karya yang indah, bukan brutal. Mural seharusnya mempercantik kota budaya ini, bukan menjadi sampah visual,” tegasnya.
Baca Juga: Dugaan Keracunan MBG di Gunungkidul, 6 Murid SD Dirawat di RSUD Wonosari
Dari 38 Sekolah, Tumbuh Semangat untuk Berkarya
Kepala Disdikpora Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori, menjelaskan bahwa lomba mural ini merupakan yang pertama kali digelar untuk tingkat SMP di Kota Yogyakarta. Ada 55 tim dari 38 sekolah yang berpartisipasi untuk kategori SMP/MTs dan 6 tim dari 5 sekolah untuk kategori SMA/SMK/MA.
“Temanya ‘Jogja Berbudaya dan Jogja Bersih’. Anak-anak mengekspresikan kebanggaan mereka lewat mural yang luar biasa. Kami akan kembangkan kegiatan serupa di tempat lain. Ini jadi inspirasi bagi tahun-tahun mendatang,” kata Budi.
Beberapa lokasi lomba mural tersebar di dinding sekolah, antara lain SMPN 5, SMPN 9, SMPN 8, SDN Tukangan, SDN Gedongtengen, SDN Ngabean, dan SDN Margoyasan.
Salah satu karya yang mencuri perhatian datang dari tim SMPN 1 Yogyakarta. Mereka menggambarkan sosok Satria Penjaga Yogya—tokoh imajiner yang menjaga kebersihan dan kebudayaan kota. Bagi mereka, mural bukan sekadar gambar, tetapi pesan moral untuk menjaga keindahan dan identitas Yogyakarta.
Baca Juga: Batik Harus Dilestarikan dengan Inovasi, Sri Sultan HB X Tekankan Langkah Transformatif
“Tema tokoh Satria penjaga Yogya ini kami buat agar semua orang ingat pentingnya menjaga kebersihan dan budaya Yogya,” ungkap Aqila Saqia, salah satu anggota tim.
Mural Sebagai Cermin Cinta Kota
Lomba mural pelajar ini menjadi bukti bahwa rasa cinta terhadap kota bisa diungkapkan dengan cara kreatif. Melalui dinding-dinding sekolah dan jalan yang penuh warna, para pelajar belajar arti kepedulian, gotong royong, serta semangat handarbeni terhadap Yogyakarta.
Seperti yang diucapkan Wali Kota Hasto Wardoyo, keindahan kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga buah cinta warga yang diwujudkan lewat tindakan nyata. Dan di Jalan Wardani, cinta itu kini tergambar dalam warna. []






