Artificial Intelligence: Revolusi Teknologi yang Mengancam atau Peluang Besar untuk Indonesia?

  • Whatsapp
Seminar AI
Seminar Nasional bertajuk “Artificial Intelligence (AI): Perspektif Hukum di Indonesia” di Yogyakarta (Istimewa)

BacaJogja – Artificial Intelligence (AI) kini menjadi sorotan, bukan hanya sebagai teknologi yang memudahkan manusia, tetapi juga sebagai ancaman yang mengubah dunia kerja. Dalam Seminar Nasional bertajuk “Artificial Intelligence (AI): Perspektif Hukum di Indonesia” di Yogyakarta, Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., menjelaskan bahwa AI adalah revolusi besar yang mempengaruhi cara manusia berpikir dan bekerja.

“AI ini bukan lagi evolusi, tapi revolusi berpikir. Teknologi ini memaksa kita melakukan hal-hal yang belum pernah terbayangkan sebelumnya,” ungkap Prof. Edy.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Potensi Cuaca Ekstrem Jawa Tengah 19-21 Oktober, BMKG: Waspada Hujan Lebat dan Angin Kencang

AI ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, AI dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor, namun di sisi lain, AI juga membawa potensi yang mengkhawatirkan, seperti menghilangkan banyak lapangan kerja.

Menurut prediksi McKinsey Global Survey, revolusi industri 5.0 yang didorong oleh AI bisa menggeser posisi pekerja di beberapa bidang. Namun, Prof. Edy menegaskan bahwa setiap revolusi industri selalu menciptakan peluang baru.

Baca Juga: Serikat Pekerja Tembakau DIY Tolak Kebijakan Kemasan Polos, Calon Wawali Wawan Hermawan Angkat Bicara

“Teknologi canggih seperti AI selalu datang bersamaan dengan peluang pekerjaan baru. Kita harus optimis dan melihat ini sebagai kesempatan,” tambahnya.

Namun, kesiapan Indonesia dalam menghadapi era AI masih tergolong tertinggal. Berdasarkan Global AI Index 2024, Indonesia berada di peringkat 49 dari 73 negara. Ini menandakan bahwa Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam mengembangkan infrastruktur teknologi yang mendukung adopsi AI.

Baca Juga: Keajaiban Alam Tersembunyi: Penemuan Gua Jutaan Tahun di Lokasi Proyek JJLS Gunungkidul

Selain itu, Prof. Edy menyoroti dampak ekonomi yang bisa terjadi akibat peningkatan efisiensi yang dipicu oleh AI. “AI memiliki potensi untuk menciptakan efisiensi besar-besaran, yang berujung pada deflasi di beberapa sektor ekonomi,” ujarnya. Tantangan ini harus diantisipasi dengan terus belajar dan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi.

Seminar ini juga menghadirkan narasumber lainnya seperti Dr. Shely Cathrin dari UNY yang membahas dampak AI dalam dunia pendidikan, Dr. Mahrus Ali dari UII yang mengulas tentang ancaman digital deepfake dalam perspektif pidana, serta Dr. Roni Sulistyanto Luhukay dari UWM yang membahas perlindungan hukum terhadap clickwrap agreement di Indonesia. []

Related posts