Tangis di Balik Seragam Biru: Kisah Pilu Ribuan Karyawan Sritex yang Terpaksa Pulang Tanpa Kepastian

  • Whatsapp
Pabrik tekstil terbesar Indonesia di Sukoharjo, JawabTengah. (Foto: Dok Sritex)

BacaJogja – Badai PHK itu nyata. “8 tahun lalu aku bangga mengenakan baju biru laut di pabrik garment terbesar di Asia Tenggara. Dan sekarang PT Sritex dinyatakan pailit. Roda kehidupan memang tidak bisa diprediksi.” Kalimat itu tertulis di sebuah unggahan media sosial milik Anif Wafi, seorang mantan karyawan PT Sritex.

Ungkapan pilu itu hanyalah satu dari ribuan suara yang bergema di dunia maya, mencerminkan kesedihan mendalam para pekerja yang harus menerima kenyataan pahit: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.

Read More

Sritex, sang raksasa tekstil yang pernah berjaya, kini harus merelakan ribuan karyawannya pergi. Bukan kehendak mereka, namun takdir berkata lain. Perusahaan yang telah menjadi rumah kedua bagi banyak orang itu, kini harus “gulung tikar”.

Baca Juga: Geger Ular Besar di Kampus UGM! Tim Damkar Turun Tangan

Kenangan Manis Berubah Tangis
“SRITEX Sukoharjo… Menjadi kenangan yang tertinggal di hati puluhan ribu orang-orang yang pernah menjadi bagian di dalamnya…” tulis Fifi Fika, mantan karyawan lainnya, di akun media sosialnya. Kata-kata itu seolah menjadi simfoni kesedihan yang mengalun di tengah badai PHK.

Bagi sebagian besar karyawan, Sritex bukan sekadar tempat mencari nafkah. Di sana, mereka merajut mimpi, membangun keluarga, dan menemukan jati diri. 15 tahun, 20 tahun, bahkan lebih, mereka mengabdikan diri untuk perusahaan. Kini, semua tinggal kenangan.

“Purna tugas karena keadaan. Trimakasih PT SRITEX SUKOHARJO… 15 tahun pengabdian,” tulis seorang karyawan dengan akun Bu Lemu. Ungkapan itu mencerminkan betapa beratnya mereka menerima kenyataan ini. Kecemasan akan masa depan pun menghantui.

Baca Juga: Sambut Ramadan 2025: Ini 15 Lokasi Padusan Favorit di Yogyakarta!

Bagaimana mereka akan menghidupi keluarga? Bagaimana mereka akan membayar cicilan rumah Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di benak mereka, tanpa jawaban pasti.

Ketua Serikat Pekerja PT Sritex, Widada, mengungkapkan bahwa sekitar 6.600 karyawan di Sukoharjo terkena dampak PHK. Mereka harus mengisi surat pernyataan PHK untuk mencairkan jaminan hari tua dan jaminan kehilangan pekerjaan. Namun, proses ini tak serta merta menghapus kekhawatiran mereka.

Di tengah kesedihan, semangat untuk bangkit tak padam. Ungkapan-ungkapan motivasi dan dukungan terus mengalir di media sosial. “Ada banyak cerita untuk bapak anak percayalah Allah punya alur cerita yg lebih indah, dan Allah pun telah mengatur keluarga kita,” tulis Husni Hidayah, mencoba memberi semangat kepada rekan-rekannya.

Baca Juga: Tangis Haru dan Euforia PSIM Juara: Ribuan Suporter Tumpah Ruah di Jantung Kota Yogyakarta

Kisah pilu karyawan Sritex ini menjadi pengingat bahwa roda kehidupan terus berputar. Di balik seragam biru yang kini terlipat rapi, tersimpan harapan dan doa. Semoga, mereka dapat segera menemukan jalan keluar dan kembali menata masa depan.

Ya, begitulah. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu produsen tekstil terbesar di Indonesia, resmi menghentikan seluruh operasionalnya per 1 Maret 2025. Keputusan ini mengakibatkan 8.400 karyawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Para pekerja terakhir kali masuk kerja pada Jumat, 28 Februari 2025.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Sukoharjo, Sumarno, menyatakan bahwa perundingan terkait PHK telah mencapai kesepakatan.

“Setelah diputuskan pada 26 Februari, PHK efektif berlaku, tetapi karyawan tetap bekerja hingga 28 Februari. Per 1 Maret, operasional Sritex berhenti total dan menjadi kewenangan kurator,” ujar Sumarno dalam konferensi pers di Menara Wijaya Setda Sukoharjo. []

Related posts