Sri Sultan HB X Tetapkan GKR Maduretno sebagai Penghageng KHP Parasraya Budaya

  • Whatsapp
GKR Maduretno
GKR Maduretno. (Foto: Dok. www.kratonjogja.id)

Yogyakarta – Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Maduretno secara resmi diangkat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Parasraya Budaya. Pengangkatan dilakukan Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X terhadap putri ketiganya ini untuk menggantikan mendiang Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Hadiwinoto yang wafat pada 31 Maret 2021 lalu.

Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura, GKR Condrokirono mengatakan, sebelumnya GKR Maduretno merupakan Wakil Penghageng di KHP Parasraya Budaya. Penetapan GKR Maduretno sebagai KHP Parasraya Budaya dilakukan bersamaan dengan upacara Wisudan Abdi Dalem yang digelar pada Selasa Wage, 22 Juni 2021.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga:

Putri kedua Sri Sultan HB X ini mengatakan GKR Maduretno dipilih sebagai penghageng baru ini berdasarkan pada Lilah Dalem atau atas perkenan Ngarsa Dalem. “Ngarsa Dalem telah menetapkan GKR Maduretno sebagai Penghageng I KHP Parasraya Budaya,” katanya dalam siaran pers, Selasa, 22 Juni 2021,

“Semoga bisa dijalankan sebaik mungkin dan dapat tetap mempertahankan eksistensi Keraton Yogyakarta”

GKR Condrokirono berharap, pengangkatan adiknya sebagai Panghageng 1 KHP Parasraya Budaya semakin mendukung upaya pelestarian dan revitalisasi situs-situs warisan budaya Keraton Yogyakarta. Alasannya tugas yang diemban Panghageng 1 KHP Parasraya Budaya tidak sedikit. “Semoga bisa dijalankan sebaik mungkin dan dapat tetap mempertahankan eksistensi Keraton Yogyakarta,” ungkapnya.

KHP Parasraya Budaya merupakan lembaga terkait penyediaan sarana dan prasarana. Hal-hal yang ditangani kawedanan ini berkaitan dengan urusan perlengkapan, bangunan, kendaraan, termasuk tanah milik Keraton.

Baca Juga:

Menurut dia, Keraton Yogyakarta dalam sejarahnya membuktikan selalu berusaha menjawab tantangan zaman. Berbagai kebijakan yang ditempuh para Sultan yang bertakhta mengantarkan Keraton Yogyakarta menjadi benteng penjaga tradisi Jawa yang masih kokoh berdiri hingga hari ini.

Segala penyesuaian dan optimalisasi yang dilakukan sekarang merupakan usaha untuk terus menjaga keberlanjutan pelestarian budaya bagi generasi mendatang. []

Related posts