Yogyakarta – Theresia Avila Clarita Octavi, mahasiswi Semester 3 Prodi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Anak dari Yusup Sunarka dan Ibu Hendrika Heni Mardiastuti ini dikenal sebagai pribadi yang ramah dan supel dan juga berprestasi sejak berada di bangku sekolah.
Eta, demikian ia biasa disapa, punya prinsip dan motivasi hidup, yang menjadi motivasi mencapai tujuannya. Menjadi pribadi yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik saja tapi juga bidang non akademik. Begitu prinsipnya. “Jadi saya ini berusaha untuk mengimbangi dengan relasi, karena bagi saya public speaking dan komunikatif itu sangat penting,” ungkapnya.
Baca Juga: Wesclic Luncurkan CONECT, Aplikasi Buatan Mahasiswa Yogyakarta
Perempuan kelahiran 14 Oktober 2001 yang berdomisili di Boro, Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta ini saat kelas 10 SMA mulai aktif mengikuti kegiatan organisasi. Seperti Majelis Perwakilan Kelas (MPK) sebagai wakil ketua MPK, OSIS sebagai sekretaris, Pramuka yaitu Dewan Ambalan sebagai sekretaris serta Ketua Orang Muda Katholik (OMK).
Di sela kesibukannya berorganisasi, Eta berprestasi dalam bidang akademik. Saat SMA menjadi perwakilan dalam kompetisi atau lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) bidang lomba Matematika tingkat Kabupaten Kulon Progo.
Meski belum berhasil juara, ia selalu meraih prestasi setiap tahunnya di sekolah dan selalu meraih peringkat 5 besar sejak ia duduk dibangku SD hingga SMA. Saat menjadi mahasiswa, ia juga turut aktif juga megikuti berbagai macam kegiatan kepanitiaan di kampus.
Baca Juga: Anak Tak Mampu asal Gunungkidul yang Sering Dibuli Ini Lulusan Terbaik UNY
Eta memiliki kesibukan lain selain kuliah dan belajar, yakni membuka bimbingan belajar (bimbel) di rumahnya. Awalnya hanya mengajar dua orang anak usia SD sebagai syarat pemenuhan tugas kampus. Ini merupakan pengalaman pertamanya mengajar anak-anak.
Awalnya, Eta tidak memiliki niat untuk membuka bimbel. Namun karena adanya motivasi dari orang tua siswa yang mendukungnya akhirnya memutuskan membuka bimbel. Tarif bimbelnya tergolong murah. Hanya Rp20.000 setiap kali pertemuan per anak.
Kini Eta punya 10 anak didik bimbel, baik SD maupun TK bersama serta mengajak partner teman satu angakatannya. Dengan waktu bimbel satu minggu dengan dua kali pertemuan per anak, sehingga total waktu yang harus disisihkan untuk memberi materi pada setiap anak dalam seminggu adalah dua puluh kali pertemuan.
Baca Juga: Anak Petani Sayur asal Kulon Progo Diterima Kuliah Gratis di UNY
“Manajemen waktu yang baik tentu sangat berperan penting dalam keberhasilan pembagian waktu antara waktu belajar dan memberikan materi bimbel,”kata Eta.
Eta menjadikan Matematika sebagai fokus utama dalam memberikan bimbel. Menurutnya Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam penerapan hidup sehari-hari. Selain itu ia menjadikan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib yang harus dipelajari peserta bimbelnya karena sangat berguna dalam proses komunikasi.
Baca Juga: Cerita Ririn Susanti, Anak Buruh Tani asal Seyegan Sleman Raih IPK Tertinggi UNY
Setiap hari pagi hingga siang fokus mengikuti kuliah online baik untuk mengikuti zoom atau untuk mengerjakan tugas yang real time. Saat siang hingga sore memberikan materi bimbel pada anak didiknya.
Lalu melanjutkan aktivitasnya memberikan bimbel secara online pada seorang anak didiknya di Jakarta dari pukul 18.00 sampai 20.00. Setelah itu melanjutkan kegiatannya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen.
Begitulah rutinitas yang dijalani pada setiap hari. “Dengan memberikan bimbel ini saya menjadi semakin tertantang belajar hidup mandiri dari penghasilan yang saya peroleh meskipun tidak besar. Tidak hanya minta kepada orang tua tapi berusaha dan belajar untuk pribadi yang mandiri,” ungkapnya. []
Artikel kirima Luciani Berthin Aninda, Mahasiswa Public Relations ASMI Santa Maria Yogyakarta