BUMDes Panggungharjo Bantul, Mengolah Sampah Meraup Rp350 Juta per Bulan

  • Whatsapp
kupas sampah bantul
Aktivitas pengolahan sampah di Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul. (Foto: BacaJogja)

BacaJogja – TPST Piyungan yang menjadi pusat pembuangan sampah dari Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul sudah overload. Beberapa kali warga menutup akses. Tak heran, masalah sampah menjadi persoalan serius di Yogyakarta.

Pemerintah Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul ini layak dicontoh dalam mengatasi persoalan sampah. Pemerintah kalurahan mulai mengelola sampah yang dilakukan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan nama Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (Kupas). Pengelohan sampah ini sudah dimulai sejak 2013.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Bank Sampah di Bantul Ini Keren, Ubah Sampah Plastik Menjadi BBM Minyak Tanah

Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan, dalam pengelolahan sampah ini baru saja melakukan investasi Rp1,8 miliar yang diambilkan dari APBDes. Angaran tersebut digunakan untuk memilih sampah.

Menurut dia, dengan alat ini, bisa mengolah 180 ton per hari atau setara sampah rumah tangga dari 30 ribu keluarga. Saat ini ada sekitar 1.600 keluarga yang menjadi pelanggan Kupas Panggungharjo. Mereka membuang sampah setiap hari dengan rerata 75 kilogram per KK dalam sebulan.

Baca Juga: Warga Sepakat Membuka Kembali TPST Piyungan Bantul

Wahyudi mengatakan, sebelumnya jumlah sampah yang dikelola setiap hari mencapai 4,5 ton yang sekaligus menjadi sumber pemasukan. “Per bulan pemasukan total Rp60 juta. Setelah mesin pemilah yang ada ini beroperasi bisa meraup pendapatan Rp350 juta per bulan dari retribusi dan rongsok,” katanya dalam perbincangan dengan wartawan Unit DPRD DIY di Kupas Panggungharjo, Selasa, 28 Juni 2022.

kupas sampah sewon
Aktivitas pengolahan sampah di Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul. (Foto: BacaJogja)

Dia menjelaskan, dari rongsok saja mendapat pemasukan Rp17 juta per bulan. Dengan mesin baru bisa lebih lagi tiga kali lipat karena proses pemilahannya semakin detail. “Jadi, kalau TPST Piyungan tutup, pemasukan kami justru bisa bertambah,” ungkapnya.

Baca Juga: Sri Sultan Minta Warga Sekitar TPST Piyungan Bantul Bersabar

Direktur BUMDes Panggungharjo Arif Rohman mengatakan, pemilahan sampah ternyata meningkatkan harga jual. Ada empat komoditas yakni pertama rosok untuk industri daur ulang (15 persen), bubur organik (60 persen) mendukung industri pupuk dan peternakan magot, plastik yang memuai panas (12 persen) suplai industri komposit.

Dia mengatakan, sisanya atau residu diubah menjadi abu untuk kebutuhan lainnya. “Kami berharap pemerintah daerah berperan membantu menciptakan ekosistem industri melalui regulasi yang dibangun untuk memperkuat ekosistem rantai pasok industri pengelolaan sampah, ungkapnya.

Baca Juga: Kampung di Bantul Ini Dulu Tempat Sampah Kini Jadi Ramah Anak dan Objek Wisata

Wakil Ketua Komisi C DPRD DIY Lilik Syaiful Ahmad yang menyaksikan langsung Kupas Panggungharjo ini mendorong kalurahan lain di Yogyakarta menyontohnya. “Dari sampah diolah menjadi rupiah,” ungkapnya.

Politikus Partai Golkar dari Dapil Kulon Progo ini mengungkapkan jika tiap kalurahan di DIY berinovasi seperti Panggungharjo maka persolaan sampah bisa diatasi. “Yogyakarta ini memiliki seluruh sumberdaya untuk menyelesaikan persoalan sampah,” ungkapnya. []

Related posts