Dari Jogja ke Komodo Labuan Bajo: Perjuangan Mahasiswa KKN di Indonesia Timur

  • Whatsapp
KKN di Labuhan Bajo
Komunitas Gema Pelita Nusantara (Gempita) yang melakukan kegiatan KKN di Desa Warloka, NTT. (Foto: Dok Wildan Nasrullah)

BacaJogja – Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan aktivitas yang dilakukan mahasiswa ketika menginjak semester akhir. Aktivitas ini berupa pengabdian di sebuah lokasi tertentu dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Mahasiswa diwajibkan untuk tinggal dan tidak diperkenankan meninggalkan lokasi, kecuali dengan alasan tertentu.

Banyak masyarakat yang senang dengan kehadiran mahasiswa KKN, namun tidak sedikit pula yang kontra. Di Yogyakarta, ada sebuah komunitas mahasiswa bernama Gema Pelita Nusantara (Gempita) yang melakukan pengabdian di luar Pulau Jawa, tepatnya di Desa Warloka, Kecamatan Komodo, Kabupaten Labuan Bajo, NTT.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Mengenal Wisata Alam Batu Kapal Bantul, Tempat Syuting Film KKN di Desa Penari

Pada 27 Juli 2024 lalu, kelompok ini memulai perjalanan dari Yogyakarta menuju Surabaya menggunakan bus. Dengan jumlah anggota 18 orang, mereka menyewa bus pariwisata sebagai transportasi utama hingga Pelabuhan Tanjung Perak.

Butuh waktu sekitar tiga hari perjalanan untuk sampai ke lokasi tujuan, yaitu Desa Warloka. Delapan belas anggota KKN Mandiri yang berpartisipasi berasal dari berbagai daerah. Wildan, salah satunya, awalnya bingung mencari tujuan KKN yang sesuai, namun akhirnya ia memutuskan untuk ikut KKN Mandiri ini.

“KKN Mandiri itu bukan hanya sekadar program, tapi bagaimana caranya kita menjadi warga di sana. Meskipun jaraknya jauh, menurut saya pribadi KKN adalah hal yang menarik karena secara tidak langsung kita menjadi bagian dari keluarga tempat yang kita tempati selama KKN,” kata Wildan ketika dihubungi pada Sabtu, 17 Agustus 2024.

Baca Juga: Mengenal Plunyon Kalikuning Sleman, Lokasi Syuting Film Horor KKN di Desa Penari

Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan KKN Mandiri ini merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan secara konsisten. Setiap tahunnya pun ada proses open recruitment sebagai bentuk regenerasi.

Perlu diketahui, Desa Warloka merupakan salah satu daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan). Desa ini menjadi tempat pemberdayaan oleh mereka dalam kurun waktu selama 40 hari. Desa Warloka terkenal sebagai kampung nelayan.

Tantangan utama yang mereka hadapi adalah melakukan pemberdayaan terhadap sumber daya manusia (SDM) untuk menyiapkan Warloka sebagai desa modern. “Nantinya akan ada pelabuhan besar yang menjadi akses dari berbagai pulau,” kata Wildan.

Baca Juga: Menengok Cara Pembuatan Lilin Aromaterapi Bahan Minyak Kelapa di Kulon Progo

Di tengah hiruk-pikuk pro dan kontra pelaksanaan KKN, muncul anggapan bahwa KKN menjadi beban masyarakat atau hanya sebagai ajang belajar membaur. Padahal, tugas KKN tidak hanya sekadar membaur, tetapi juga melakukan pengabdian. Pengabdian yang dimaksud adalah memberikan dampak positif bagi masyarakat, sehingga KKN tidak hanya menjadi sebuah formalitas belaka, tetapi bisa memberikan manfaat yang luas.

Dampak yang diberikan kepada masyarakat pun harus sesuai dengan kebutuhan yang ada. Diperlukan riset yang mendalam untuk mengetahui apa yang diinginkan masyarakat. Setelah itu, mereka bisa melakukan pembauran dengan masyarakat sekitar. Seperti yang dilakukan komunitas KKN Mandiri Gempita ini.

Wildan juga mengungkapkan bahwa menurutnya, KKN 3T ini sangat penting dilakukan. “Bahkan dari desa sebelah juga ada yang meminta kami mengabdi di sana,” kata Wildan, mencontohkan peran dan dampak yang diberikan kepada masyarakat.

Baca Juga: Bahan dan Cara Pembuatan Pis Kopyor, Makanan Tradisional yang Terlupakan

Wildan juga menambahkan bahwa mahasiswa yang akan KKN harus mengetahui tujuan KKN itu sendiri. “Tujuan utamanya adalah berbaur dengan masyarakat dan melakukan pemberdayaan, jadi dalam KKN ini sebaiknya kita harus tahu dulu esensinya apa,” kata Wildan.

Kehadiran mahasiswa KKN Mandiri Gempita ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga lokal maupun mahasiswa. Di sisi lain, warga mendapatkan program dan pemberdayaan, sementara mahasiswa mendapatkan pengalaman berharga untuk berkolaborasi dengan mereka.

Ini menjadi dampak positif yang dihasilkan dan sebagai contoh bahwa KKN tidak hanya sekadar belajar membaur, tetapi juga melakukan pengabdian dan pemberdayaan, utamanya melalui program kerja yang ada maupun kolaborasi antar berbagai pihak. Itulah yang disebut sebagai ‘pengabdian nyata untuk masyarakat’. []

Artikel kiriman Muhammad Surya Kukuh
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Related posts