BacaJogja – Pondok Pesantren Al-Fitroh Jejeran kembali menggelar tradisi tahunan Majelis Bukhoren, Ahad (7/9/2025) pagi. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian bulan Maulid yang rutin dilaksanakan di kompleks pesantren, Dusun Jejeran, Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Majelis Bukhoren telah lama dikenal sebagai wadah umat dari berbagai daerah untuk menimba ilmu agama, memperkuat syiar Islam, serta memperbanyak sholawat kepada Rasulullah SAW. Menurut kasepuhan Jejeran, KH. Aslam Ridlo, tradisi ini mulai dirintis sekitar tahun 1968 oleh KH. Muhammad Abdul Muhith, pendiri Pondok Pesantren Al-Fitroh Jejeran.
“Awalnya, KH. Abdul Muhith berkolaborasi dengan Abuya Dimyathi al-Bantani yang sempat bermukim di Jejeran. Dari sinilah majelis ini tumbuh dan terus hidup hingga kini,” jelas KH. Aslam Ridlo.
Baca Juga: Polisi Gagalkan Remaja Lakukan Percobaan Bunuh Diri di Jembatan Bolong Bantul
Kedekatan Abuya Dimyathi dengan Jejeran bukan tanpa sebab. Beliau merupakan menantu KH. Nawawi Jejeran, setelah menikah dengan Nyai Dalalah, putri bungsu KH. Nawawi, pada tahun 1956. Kehadirannya turut menghidupkan Majelis Bukhoren bersama sejumlah ulama lain.
Sebagaimana ditulis dalam laman banisholeh, KH. Abdul Muhith menggerakkan Majelis Bukhoren bersama sahabat-sahabat ulama, di antaranya KH. Busyro Wonokromo, KH. Ali Maksum Krapyak, dan KH. Muhyiddin Jejeran. Kehadiran para tokoh ini memperkuat pondasi majelis sehingga bertahan lintas generasi.
Amaliyah yang digelar dalam Majelis Bukhoren meliputi simaan Al-Qur’an 30 juz, pembacaan Kitab Shahih Bukhori hingga khatam, sholawat Nabi, pembacaan sirah Nabi Muhammad SAW dalam kitab Al-Barzanji, serta pembacaan Kitab Dalailul Khairat. Seluruh rangkaian biasanya berlangsung beberapa hari menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Titik Ngeng Jogja 2025: Perpaduan Jazz dan Budaya Lokal di Museum Benteng Vredeburg
Dalam perjalanannya, Majelis Bukhoren pernah diasuh oleh ulama besar seperti KH. Muhyiddin Nawawi (almaghfurlah) dan KH. Ali Maksum Krapyak (almaghfurlah). Kini, kepemimpinan majelis berada di bawah asuhan KH. Ahmad Mamsyad Abdul Muhith, putra KH. Abdul Muhith.
Dengan semangat menjaga tradisi keilmuan, memperkokoh kecintaan kepada Rasulullah, serta mempererat ukhuwah umat, Majelis Bukhoren Jejeran tetap menjadi pusat syiar Islam di Bantul dan lekat dengan tradisi pesantren yang hidup di tengah masyarakat. (Markaban Anwar)






