BacaJogja – Kabupaten Bantul, Yogyakarta, kembali diselimuti awan duka. Serangkaian tragedi gantung diri yang melibatkan pelajar di bawah umur dan remaja telah menjadi alarm merah bagi kita semua. Peristiwa ini bukan lagi sekadar kasus kriminal, melainkan cerminan dari krisis mental yang tersembunyi di tengah-tengah generasi muda.
Tragedi terbaru menimpa MW (14), seorang pelajar yang ditemukan tak bernyawa oleh kakeknya, Supriyanto (70), di dapur rumah mereka di Sriharjo, Imogiri, pada Sabtu (4/10/2025) sekitar pukul 13.00 WIB.
Niat tulus kakek yang hendak menanyakan apakah cucunya sudah makan, berubah menjadi pemandangan yang mengoyak hati. Ia terkejut mendapati MW sudah tergantung dengan tali rafia terikat pada loster rumah.
Baca Juga: Nahas Saat Menyeberang, Pejalan Kaki Tertabrak Kawasaki KLX di Jalan Bantul
Kisah pilu MW ini menambah daftar kelam yang terjadi dalam rentang waktu berdekatan dan lokasi yang tak berjauhan:
- Seorang siswi SMP berinisial ADK (14), ditemukan meninggal dengan cara serupa di kediamannya di Selopamioro, Imogiri, pada Rabu (23/7).
- Kemudian, pelajar MF (19), warga Sidomulyo, Bambanglipuro, juga ditemukan tewas gantung diri di rumahnya pada Sabtu (2/8/2025) siang.
Tiga nyawa muda—di usia 14, 14, dan 19 tahun—yang hilang dengan cara yang sama, menjadi pertanyaan besar bagi kita: Benarkah krisis kesehatan mental remaja kita sudah sampai pada tahap darurat?
Baca Juga: Tangis si Mungil di Pinggir Jalan: Kisah Penemuan Bayi yang Menggetarkan Gunungkidul
Pemeriksaan Kepolisian dan Pesan Kemanusiaan
Menanggapi kasus MW, tim medis dari Puskesmas Imogiri II bersama Tim Inafis Polres Bantul segera mendatangi lokasi kejadian. Dari hasil pemeriksaan, tim medis tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan atau indikasi tindak pidana lain pada tubuh MW.
Kasihumas Polres Bantul, Iptu Rita Hidayanto, membenarkan tragedi tersebut. “Kami telah melakukan olah TKP dan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan adanya indikasi kekerasan atau tindak pidana lain,” jelas Iptu Rita. Pihak keluarga telah menerima kejadian ini sebagai musibah dan jenazah korban telah diserahkan untuk dimakamkan.
Iptu Rita kembali menekankan pentingnya kepedulian kolektif. “Kami mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Apabila ada permasalahan yang dialami oleh keluarga atau tetangga, segera berikan bantuan atau laporkan kepada pihak yang berwenang,” pesannya.
Baca Juga: Megawati Tanam Pohon Bodhi di UGM, Simbol Kebijaksanaan dan Dukungan Konservasi
Pesan Moral: Jangan Biarkan Ada yang Berjuang Sendirian
Rangkaian tragedi ini adalah cerminan betapa sunyinya perjuangan mental yang mungkin dialami oleh anak dan remaja. Di balik tekanan sekolah, harapan orang tua, atau masalah pertemanan, banyak remaja merasa terisolasi dan putus asa.
Pesan Moral: Keluarga dan lingkungan harus menjadi “ruang aman” tempat anak merasa nyaman untuk bercerita tanpa takut dihakimi. Prioritaskan kesejahteraan emosional di atas tuntutan akademis. Perhatikan perubahan sekecil apa pun pada perilaku anak, seperti penarikan diri dari lingkungan sosial, hilangnya minat, atau perasaan putus asa yang diungkapkan secara tersirat.
Langkah Antisipasi: Saluran Bantuan Kesehatan Mental
Mencegah tragedi lebih lanjut adalah tanggung jawab kita bersama. Jika Anda atau orang terdekat sedang berada di titik terendah dan memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri, segera hubungi profesional.
Baca Juga: Curhat Perempuan Korban Pelecehan Seksual di Ring Road Utara Jogja: “Saya Berpakaian Tertutup”
Anda tidak sendirian. Hubungi layanan darurat kesehatan mental (Gratis dan Rahasia) ini:
Layanan Bantuan (Hotline Resmi) | Kontak | Catatan |
Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (SEJIWA) | 119, Ekstensi 8 | Untuk layanan konseling psikologi dan rujukan. |
LISA Suicide Prevention Helpline | 08113855472 (WhatsApp) | Layanan pencegahan bunuh diri 24 jam. |
Call Center Halo Kemenkes | 1500-567 | Untuk informasi dan rujukan layanan kesehatan mental. |
Mari kita jadikan kasus-kasus pilu di Bantul ini sebagai momentum untuk benar-benar mengutamakan kesehatan mental. Satu nyawa yang tertolong adalah kemenangan bagi kemanusiaan. []