Yogyakarta Raih Penghargaan Adibahasa 2025, Bukti Konsistensi Memartabatkan Bahasa Indonesia

  • Whatsapp
Penghargaan Adibahasa 2025
Daerah Istimewa Yogyakarta meraih Penghargaan Adibahasa 2025 dari Kemendikdasmen RI atas capaian tertinggi dalam Indeks Pembangunan Kebahasaan. (Pemda DIY)

BacaJogja — Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Kali ini, DIY dianugerahi Penghargaan Adibahasa 2025 dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI atas capaian tertinggi dalam Indeks Pembangunan Kebahasaan (Ipebas) 2024.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam perayaan Bulan Bahasa dan Sastra 2025, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, di Hotel Pullman Central Park, Jakarta Barat, Selasa (28/10) malam.

Read More

Penghargaan Adibahasa merupakan bentuk apresiasi tertinggi pemerintah pusat kepada provinsi yang unggul dalam pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa serta sastra. DIY dinilai berhasil menyeimbangkan ketiga dimensi tersebut melalui kebijakan, implementasi, dan pembudayaan literasi di masyarakat.

Baca Juga: Sri Sultan HB X: Persatuan Bangsa Tak Cukup dengan Slogan, Harus dengan Kesadaran Kolektif

Keberhasilan DIY mencerminkan komitmen kuat pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengutamakan bahasa Indonesia di ruang publik, melestarikan bahasa daerah, serta menumbuhkan kecintaan terhadap sastra Indonesia. Julukan “Kota Pelajar” turut memperkuat ekosistem kebahasaan yang hidup dan dinamis, di mana pendidikan, literasi, dan budaya membaca telah menjadi bagian dari identitas sosial masyarakat Yogyakarta.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti menyampaikan bahwa penghargaan ini adalah hasil kerja kolektif seluruh elemen di Yogyakarta.

“Pemda DIY berkomitmen untuk terus memperkuat kebijakan pembinaan bahasa, melestarikan bahasa daerah, dan mendorong literasi bahasa maupun sastra di semua lapisan masyarakat sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa,” ujarnya.

Baca Juga: Tumbuh 13,1 Persen, Lebih dari 6,6 Juta Penumpang Nikmati Layanan Commuter Line Yogyakarta–Palur

Semangat memartabatkan bahasa Indonesia telah berakar kuat di DIY sejak masa pergerakan nasional. Sejarah mencatat, pada Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928 di Yogyakarta, Siti Soendari berani berpidato menggunakan bahasa Indonesia hanya dua bulan setelah lahirnya Sumpah Pemuda — menjadi simbol tekad masyarakat DIY menjunjung bahasa persatuan.

Berdasarkan Keputusan Mendikdasmen Nomor 79/P/2025, keberhasilan DIY dalam Ipebas 2024 diukur melalui tiga aspek utama: pengembangan produk kebahasaan, pembinaan mutu penggunaan bahasa di masyarakat, dan pelindungan bahasa daerah melalui transmisi antargenerasi.

Dalam sambutannya, Mendikdasmen Abdul Mu’ti mengajak seluruh masyarakat untuk menumbuhkan rasa bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas dan kekuatan bangsa.

“Bahasa Indonesia harus menjadi penghela ilmu pengetahuan dan sarana membentuk karakter bangsa. Kita ingin generasi muda berpikir, berbicara, dan berkarya dengan bahasa Indonesia,” tegasnya.

Baca Juga: Tim SAR Evakuasi Dua Peserta Diklatsar LRB PWM DIY di Jalur Labuhan Merapi

Tahun ini, Bulan Bahasa dan Sastra 2025 mengusung tema “Bahasa Indonesia Berdaulat, Indonesia Maju.” Tema ini menegaskan pentingnya posisi bahasa Indonesia sebagai simbol kedaulatan bangsa di tengah era global. “Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga perekat kebangsaan dan identitas nasional,” tutur Mu’ti.

Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Hafidz Muksin, menjelaskan bahwa sepanjang Oktober 2025, berbagai kegiatan nasional digelar di 30 provinsi. Kegiatan tersebut melibatkan pemerintah daerah, sekolah, perguruan tinggi, komunitas literasi, dan masyarakat umum, dengan Penghargaan Adibahasa sebagai salah satu agenda unggulannya.

Lebih dari sekadar seremoni, Bulan Bahasa dan Sastra kini menjadi gerakan nasional lintas sektor — melibatkan pemerintah, dunia pendidikan, media, dan komunitas literasi. Melalui momentum ini, diharapkan tumbuh rasa bangga dan cinta masyarakat terhadap bahasa dan sastra Indonesia, sekaligus meningkatkan kesadaran literasi nasional. []

Related posts