Yogyakarta Rayakan Hari Batik Nasional, Teguhkan Cinta Budaya Lewat Filosofi Batik Segoro Amarto

  • Whatsapp
Batik Segoro Amarto
Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Yogyakarta bersama Komunitas Kamaniya merayakan Hari Batik Nasional dengan peragaan batik, edukasi filosofi batik, dan skrining kesehatan. (Pemkot Jogja)

BacaJogja – Dalam semangat meneguhkan batik sebagai warisan budaya bangsa, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Yogyakarta bersama Komunitas Kamaniya menggelar peringatan Hari Batik Nasional bertema “Pesona Batik, Menembus Zaman, Menguatkan Identitas Bangsa” di Ruang Bima, Balai Kota Yogyakarta, Selasa (28/10).

Acara ini diisi dengan peragaan batik, edukasi makna filosofis, serta skrining kesehatan bagi peserta. Wakil Ketua I GOW Kota Yogyakarta, Siti Hafsah, menyampaikan apresiasinya atas antusiasme masyarakat yang hadir serta makna mendalam dari kegiatan tersebut.

Read More

“Alhamdulillah, puji syukur, hari ini kami dari GOW bekerja sama dengan Komunitas Kamaniya dan Prodia melaksanakan kegiatan dalam rangka Hari Batik. Luar biasa, sangat antusias pesertanya,” ujarnya.

Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang merayakan batik sebagai identitas bangsa, tetapi juga sarana edukasi agar masyarakat, khususnya perempuan, memahami filosofi batik secara mendalam.

Baca Juga: Amanda Eka Lupita, Lulusan Termuda S2 UGM di Usia 22 Tahun: Nikmati Proses, Bukan Sekadar Hasil

“Beberapa ibu-ibu dari anggota organisasi memperagakan filosofi batik, mulai dari kain yang digunakan saat bayi baru lahir hingga menjelang akhir hayat. Ini luar biasa, bagaimana kita bisa mengetahui makna dan perjalanan hidup dalam selembar kain batik,” jelasnya.

Siti Hafsah menegaskan bahwa memahami filosofi batik berarti menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda tahunan GOW dan organisasi wanita lainnya di Yogyakarta.

“Mudah-mudahan kolaborasi ini bisa berjalan terus dan menjadi kegiatan tahunan kami, juga bagi organisasi-organisasi wanita lain. Hidup organisasi wanita Indonesia!” serunya penuh semangat.

Selain itu, ia mengingatkan pentingnya menjaga keaslian batik. “Yang utama, jangan pakai batik printing. Kita harus menjaga keaslian dan menghargai proses panjang di balik selembar kain batik,” tegasnya.

Baca Juga: Satu Tiket Retribusi Rp15 Ribu untuk Semua Pantai Bantul, Warganet: Mahal, Tak Cocok UMR Jogja

Sosialisasi Batik Segoro Amarto

Kegiatan ini juga diwarnai dengan sarasehan bertema “Mengenal dan Memahami Penggunaan Batik Sesuai Pakem”, yang mengulas filosofi serta tata cara penggunaan batik yang benar. Anggota GOW dan Komunitas Kamaniya memperagakan parade batik khas Yogyakarta, memperlihatkan keindahan motif dan makna di baliknya.

Selain itu, kegiatan semakin semarak dengan penampilan angklung dari DWP Kota Yogyakarta serta layanan cek kesehatan gratis dari Prodia yang disambut antusias para peserta.

Kepala Dinas Perindustrian Koperasi UKM Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo, turut mengapresiasi kegiatan ini karena mengangkat batik lokal sekaligus mendorong semangat ekonomi kreatif masyarakat.

Baca Juga: Sri Sultan HB X: Persatuan Bangsa Tak Cukup dengan Slogan, Harus dengan Kesadaran Kolektif

“Acara seperti ini bisa diadopsi oleh organisasi-organisasi lain. Ini menguntungkan bagi Pemkot karena bisa mensosialisasikan Batik Segoro Amarto agar tidak hanya dikenal di kalangan birokrat, tapi juga masyarakat luas,” ujarnya.

Tri Karyadi menambahkan, Pemkot Yogyakarta tengah mendorong agar Batik Segoro Amarto tak hanya digunakan sebagai seragam resmi, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari.

“Ke depan, Segoro Amarto bisa dipakai untuk keseharian. Jadi nanti ada varian-varian baru, tidak hanya untuk uniform, tapi juga bisa dipakai saat undangan, arisan, bahkan jalan-jalan. Ini juga mendorong UMKM dan koperasi untuk terus berinovasi,” jelasnya.

Menurutnya, peran perempuan sangat besar dalam sektor UMKM di Yogyakarta. “UMKM itu banyak didominasi perempuan. Luar biasa perannya. Mereka bukan sekadar sambilan, tapi benar-benar menjadi pelaku utama ekonomi rakyat,” tambahnya.

Melalui kegiatan ini, GOW dan Pemkot Yogyakarta berharap batik tidak hanya dipandang sebagai busana tradisional, tetapi juga sebagai simbol kebanggaan, identitas, dan kekuatan ekonomi lokal. []

Related posts