Keris Gilangharjo Bantul Tembus Pasar Nasional: Warisan Budaya yang Menjadi Sumber Penghidupan Warga

  • Whatsapp
Keris Gilangharjo
Rangkaian acara Hari Jadi Kalurahan Gilangharjo Bantul. (Pemkab Bantul)

BacaJogja – Suara tabuhan gamelan dan gegap gempita pentas seni di Panggung Terbuka Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, menjadi puncak kemeriahan Hari Jadi ke-79 Kalurahan Gilangharjo pada Sabtu malam (1/11/2025). Namun di balik semarak perayaan tersebut, tersimpan kisah menarik tentang kebangkitan ekonomi berbasis budaya: keris buatan tangan warga Gilangharjo yang kini menembus pasar nasional.

Lurah Gilangharjo, Pardiyono, menuturkan bahwa selain dikenal sebagai desa mandiri budaya, Gilangharjo kini juga bangga dengan karya para empunya besi — para perajin keris yang dengan tekun menjaga warisan leluhur sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi warganya.

Read More

“Keris buatan masyarakat Gilangharjo kini telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Harganya bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah, tergantung dari bahan, pamor, dan tingkat kesulitannya,” ungkap Pardiyono dengan bangga.

Baca Juga: Sri Susuhunan Pakubuwana XIII Wafat, Keraton Surakarta Berduka

Dari Tradisi ke Inovasi: Spirit Gilangharjo Mandiri Budaya

Sejak ditetapkan sebagai Desa Mandiri Budaya, Gilangharjo terus berinovasi tanpa meninggalkan akar tradisi. Para pandhe (pembuat keris) yang semula bekerja secara individu kini mulai berkolaborasi dan membentuk komunitas perajin untuk menjaga mutu sekaligus memperluas jaringan pemasaran.

“Kami ingin agar keris tidak hanya dipandang sebagai benda pusaka, tetapi juga hasil karya seni yang memiliki nilai ekonomi dan filosofi tinggi,” tambah Pardiyono.

Melalui dukungan pemerintah kalurahan dan berbagai pelatihan, para perajin muda kini dilatih teknik tempa tradisional dan desain modern agar karya mereka bisa bersaing di pasar kolektor nasional. Langkah ini menjadi bagian dari upaya Gilangharjo untuk memperkuat jati diri budaya sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Baca Juga: Nelayan Gunungkidul Ditemukan Meninggal Usai Dihantam Ombak di Pantai Nglolang

Warisan Leluhur yang Menggerakkan Ekonomi

Ketua Panitia Hari Jadi Gilangharjo, Supriyanto, mengatakan bahwa semangat melestarikan budaya menjadi jiwa dari setiap kegiatan yang digelar. Termasuk di dalamnya adalah memperkenalkan kekayaan lokal seperti seni tradisional, kuliner, hingga kerajinan logam yang menjadi kebanggaan desa.

“Melalui pentas seni dan perayaan hari jadi ini, kami ingin menegaskan bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga jalan untuk maju. Keris Gilangharjo adalah bukti bahwa tradisi bisa menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Bantul Aris Suharyanta memberikan apresiasi atas kerja keras masyarakat Gilangharjo dalam menjaga tradisi dan menciptakan peluang ekonomi melalui budaya.

“Mari kita dorong generasi muda agar tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga berinovasi. Keris Gilangharjo adalah contoh bagaimana warisan leluhur bisa menjadi bagian dari masa depan Indonesia Emas 2045,” pesan Aris di hadapan ratusan warga yang memadati lokasi acara.

Baca Juga: Pemotor Remaja Meninggal Kecelakaan di JJLS Gunungkidul, Diduga Pandangan Terbatas Saat Hujan

Simbol Identitas dan Harapan Baru

Kini, nama Gilangharjo bukan hanya dikenal karena tradisi dan keseniannya, tetapi juga karena kualitas kerisnya yang menembus pasar nasional. Setiap bilah keris yang ditempa di desa ini membawa kisah, doa, dan kebanggaan warga yang ingin menunjukkan bahwa budaya dapat menjadi jalan menuju kemandirian.

Dalam semangat perayaan Hari Jadi ke-79, warga Gilangharjo membuktikan bahwa melestarikan budaya berarti menyiapkan masa depan — dengan tangan terampil, jiwa yang teguh, dan warisan yang hidup dalam setiap karya. []

Related posts