Yogyakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menutup hari pertama pertemuan G20 Education Working Group (EdWG) dengan agenda jamuan makan malam penyambutan atau welcome dinner 27 delegasi yang hadir secara luring.
Welcome dinner diselenggarakan di Bale Kambang dan Pendopo Agung, Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Rabu, 16 Maret 2022. Acara tersebut terdiri dari makan malam bersama sambil menikmati pertunjukkan Tari Srimpi Pandhelori, tarian klasik yang pada 1877-1921 ditarikan untuk Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Baca Juga: Sejarah dan Nama Ruang di Kompleks Kepatihan, Bangunan Milik Keraton Yogyakarta
Kegiatan ini turut disambut oleh Wakil Gubernur DIY Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X yang mewakili Gubernur DI. Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Dalam sambutannya menekankan pentingnya toleransi, gotong royong atau saling membantu dan mendukung untuk mencapai tujuan bersama, sesuai dengan tema presidensi G20 tahun ini, ‘Recover Together, Recover Stronger’ atau ‘Pulih Bersama’. “Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai Kota Pelajar, melainkan kerap disebut sebagai “The Heart of Java,” katanya.
Baca Juga: Hadeging Keraton Yogyakarta ke-275, Sejarah Asal Usul dan Rangkaian Acara Perayaan
Menurutnya, menyatunya pendidikan dengan budaya, telah menghasilkan karakter masyarakat Yogyakarta yang memegang teguh nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
“Jika kita melihat kembali sejarahnya, Daerah Istimewa Yogyakarta memang dibangun di atas nilai-nilai kebinekaan dan toleransi. Candi Prambanan yang akan Anda kunjungi besok oleh delegasi G20 EdWG, telah menjadi saksi betapa nilai toleransi yang dijunjung tinggi antarpemeluk agama pada peradaban masa lalu. Misalnya, Candi Prambanan merupakan candi Hindu, sedangkan Candi Sewu yang letaknya berdekatan merupakan tempat peribadatan umat Buddha,” ujarnya. []