BacaJogja – Perkembangan zaman membuat ojek pasar di Yogyakara semakin tidak terlihat keberadaanya. Hal ini terlihat di Pasar Cebongan, Kabupaten Sleman seperti pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Keberadaan ojek pasar yang smekain tidak terlihat ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti keseharian dagang yang
sudah berubah.
Heri, salah satu penggerak pelaku ojek menyatakan, pedagang sudah banyak yang mengubah waktu berbelanja kebutuhan dagangnya. “Saat ini sistem dagangnya sudah beda, banyak yang berjualan keliling dan dagangannya sudah siap dari subuh,” ungkapnya.
Baca Juga: Pedagang Tempe di Kulon Progo Jadi Korban Pencurian, Rp50 Juta Raib
Para pelanggan yang masih menggunakan ojek pasar sebagian besar merupakan pedagang. Keberadaanya yang kurang dijangkau oleh seluruh pedagang dikarenakan faktor saat ini sudah banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi dan banyak transportasi yang tersedia.
Namun, tidak sedikit yang masih menggunakan ojek. “Saya diuntungkan sekali ada ojek di pasar. Kalau tidak ada ojek, saya tidak dapat berjualan karena tidak diperbolehkan mengendarai motor atau sepeda. Ditambah, tidak ada yang jemput. Jadi membantu sekali masih ada ojek,” kata Peni, pedagang pelanggan ojek.
Baca Juga: Menengok Geliat Ekonomi Walang Oblong Yogyakarta dalam Deru Pandemi
Keadaan ini membuat Pelaku ojek bukan hanya fokus pada satu pekerjaan namun juga dilakukan bersama dengan kerjaan yang lainnya. Pelaku ojek lain mengaku bahwa mereka saat ini menarik pelanggan hanya untuk pekerjaan tambahan.
“Kalau saya, dulu mau mulai ngojek karena menunggu pelanggan saat dagang banyak santainya. Jadi, untuk mengisi waktu saja sebenarnya. Tetapi sekarang saya banyak fokus waktunya ke ojek dari pada dagang,” ujar Esti.
Baca Juga: Pasar Sompilan Hargobinangun Pakem Sleman Resmi Beroperasi
Pekerjaan ini nyatanya membuat keuntungan bagi pelaku ojek dalam tambahan ekonominya untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Lantaran sistem ojeknya adalah menarik pelanggan yang tetap (langganan), membuat pemasukan tambahan tidak berbeda jauh tiap harinya.
“Lumayan sekali uangnya. Sehari bisa 6 – 7 kali tarikan. Tetapi, kadang bisa kurang atau lebih, dalam perbedaan nominal yang tidak berbeda jauh karena kita sudah tau siapa aja yang mau memakai jasa kita,” kata Heri.
Para pelaku ojek pasar mengaku kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak terlalu bermasalah bagi tarif ojeknya. Penumpang melakukan pembayaran dengan nominal yang mereka tentukan sendiri. Dengan kata lain, penumpang dengan sendirinya menaikkan tarif nominal pembayaran jika BBM mengalami kenaikan.
Baca Juga: Cerita Ojol Perempuan Jogja, Rentan Jadi Korban Pelecehan Seksual hingga Klitih
Pelaku penggerak ojek, Heri dan Esti berharap bahwa ojek pasar ini terus bertahan walaupun sudah tidak seramai dulu. Dengan kelanggengan ojek pasar, pelanggan mereka juga dapat berjualan setiap harinya. “Penginnya sih terus ada, dikembangin gitu,” tutur Heri.
Harapan serupa diungkapkan oleh Octafian Suryo sebagai masyarakat umum agar ojek pasar ke depannya dapat diperhatikan. “Persaingan dengan ojek online akan membuat kesulitan dalam mencari penumpang baru,” imbuhnya.
Artikel ditulis oleh Diah Rahayu Agustin, Mahasiswa Hubungan Masyarakat UPN “Veteran” Yogyakarta