Kisah Mbah Sarno Gunungkidul, Pejuang Sukarela Menerima Sentuhan Kemanusiaan di Usia Senja

  • Whatsapp
mbah sarno
Mbah Sarno Gunungkidul, Pejuang Sukarela yang Mendapat Sentuhan Kemanusiaan dari Presiden (Pemda DIY)

BacaJogja – Di sebuah rumah kecil yang dulunya bekas kandang ayam di Ponjong, Gunungkidul, sebuah kisah haru terjadi pada Senin sore. Mbah Sarno, pria berusia 84 tahun yang pernah menjadi anggota Militer Sukarela, menerima bantuan istimewa dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Penyerahan bantuan tersebut dilakukan oleh Staf Kepresidenan RI, disaksikan oleh lurah setempat dan warga sekitar.

Ditya Nanaryo Aji, Penanggungjawab Kehumasan Pimpinan dan Pemda DIY, menjelaskan bahwa bantuan ini adalah respons langsung dari Presiden terhadap kisah Mbah Sarno yang sempat viral di media.

Read More

Umroh liburan

“Bantuan ini berupa sembako dan sejumlah uang. Presiden mengetahui kisah beliau dari pemberitaan media dan merasa tersentuh. Mbah Sarno pernah berjuang untuk negara, dan semoga bantuan ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” tutur Ditya.

Baca Juga: Merayakan Keagungan Ramayana, PJ Wali Kota Yogyakarta Resmikan Festival Tari

Mbah Sarno adalah sosok yang telah menjalani hidup yang penuh perjuangan. Bergabung dengan Militer Sukarela sejak 1960, ia terlibat dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora), pemberantasan PRRI, serta operasi di berbagai daerah seperti Jawa Barat, Sumatera, dan Sulawesi.

“Saya bertugas mulai dari 1960. Dari DI/TII di Jawa Barat, PRRI di Sumatera, hingga memberantas Kahar Muzakkar di Sulawesi dan merebut Irian Barat dalam Trikora,” kenangnya.

sarno gunungkidul
Mbah Sarno Gunungkidul, Pejuang Sukarela yang Mendapat Sentuhan Kemanusiaan dari Presiden (Pemda DIY)

Selama sembilan tahun bertugas, ia dianugerahi bintang sewindu sebagai penghargaan atas dedikasinya. Namun, kehidupan Mbah Sarno di usia senjanya tidak mudah.

Setelah pensiun dari militer pada 1969, ia hidup sendiri tanpa penghasilan tetap. Kini, Mbah Sarno tinggal di sebuah rumah kecil dengan fasilitas yang sangat sederhana – sebuah televisi kotak yang rusak dan radio usang untuk menghibur diri dari kesepian.

Baca Juga: Langkah Strategis Menuju Akurasi Penanggalan, Tantangan dan Manfaat Kalender Hijriah Global Tunggal

Lurah Genjahan, Agung Nugroho, menyatakan bahwa Mbah Sarno termasuk dalam kategori warganya yang kurang mampu. Meskipun telah menerima bantuan BLT selama masa Covid-19 dan alokasi dana desa yang disalurkan setahun sekali, bantuan tersebut tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

“Bantuan ini masih kurang. Kami berharap ada dukungan lebih dari luar kalurahan untuk Mbah Sarno, sebagai bekas pejuang yang pernah berjasa untuk Indonesia,” ungkap Agung.

Baca Juga: Dari Hotel hingga Oleh-oleh: PUTRI JOGJA, Panduan Canggih Menyelami Pesona Yogyakarta

Agung juga menyoroti keterbatasan dalam program Bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) karena Mbah Sarno tidak memiliki lahan atas nama sendiri. “Kami berharap bantuan kepada Mbah Sarno bisa berlanjut dari berbagai pihak, mengingat usianya yang sangat lanjut dan ketergantungannya pada keponakannya,” tambahnya.

Mbah Sarno, meskipun telah menerima bantuan dari Presiden, masih memerlukan dukungan berkelanjutan. Bantuan berupa sembako dan uang stimulan yang diterimanya kali ini diharapkan dapat memberikan sedikit kelegaan di tengah keterbatasan yang ia hadapi.

Kisahnya adalah pengingat nyata akan perjuangan dan pengabdian yang tak ternilai, serta perlunya solidaritas dan perhatian bagi mereka yang telah berkontribusi pada kemerdekaan negara. []

Related posts