BacaJogja – Di tengah gempuran media digital, kartu pos sebagai media komunikasi konvensional perlahan kehilangan fungsinya. Namun, lewat pameran internasional Hello There: Postcard Reconstruction, kartu pos dihidupkan kembali dengan sentuhan seni rupa kontemporer. Pameran ini berlangsung di Galeri Fadjar Sidik, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta, mulai 28 November hingga 4 Desember 2024.
Pameran yang dikuratori oleh Satrio Hari Wicaksono, dosen Seni Murni ISI Yogyakarta, menghadirkan lebih dari 200 karya dari 184 seniman lintas negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Hungaria, Afghanistan, Granada, Belanda, dan Jerman. Melalui pendekatan kreatif, pameran ini mengajak pengunjung menyelami makna kartu pos sebagai media komunikasi lintas generasi, budaya, dan negara.
Baca Juga: Menghidupkan Spirit KH. Ahmad Dahlan: Penyintas Stroke Aksi Heroik Jalan Kaki 112 KM
Dalam wawancara, Satrio menjelaskan bahwa tema Hello There dipilih untuk merefleksikan proses menyapa dan menjalin hubungan lintas batas. “Kartu pos itu sederhana, tapi penuh makna. Dulu, ia menjadi penghubung antarmanusia di tengah jarak. Kini, lewat pameran ini, kami mencoba menghidupkan kembali spirit itu dengan perspektif seni,” ungkapnya.
Pameran ini bukan sekadar nostalgia, tetapi juga jembatan budaya bagi generasi muda yang belum mengenal kartu pos. “Kami ingin menghadirkan dialog lintas generasi dan memperkenalkan kembali kartu pos sebagai medium yang punya nilai sejarah dan budaya,” tambah Satrio.
Baca Juga: Layar Muda Mendunia: Mahasiswa UMY Unjuk Karya di Panggung Perfilman Internasional
Karya dari Lintas Negara
Pameran ini menyuguhkan beragam interpretasi kartu pos sebagai karya seni. Beberapa karya menarik yang dipamerkan antara lain:
– Postcard Deni Je karya Deni Junaedi (Indonesia)
– Nasi Lemak karya Aliah binti Adib (Malaysia)
– The Bridge karya Hillary Cuffie (Granada)
– Hello There karya Pisit Tangpondpaser (Thailand)
Kolaborasi lintas negara ini memperkaya perspektif tentang kartu pos sebagai media yang merekam budaya, sejarah, dan pengalaman pribadi.
Baca Juga: Milad 4 Tahun Komunitas Pecinta Bantul: Berbagi, Peduli, dan Pesan Kebersamaan
Pameran ini juga menggandeng PT Pos Indonesia dan Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) untuk menambah dimensi edukasi dan kolaborasi. Selain menyuguhkan karya seni, pengunjung dapat mengenal lebih dalam sejarah dan fungsi kartu pos dalam peradaban komunikasi.
“Melalui rekonstruksi kartu pos ini, kita bukan hanya bernostalgia, tetapi juga membangun ruang sapa lintas generasi dan budaya,” ujar Satrio.
Pameran Hello There: Postcard Reconstruction terbuka untuk umum, dengan dokumentasi proses kreatif para seniman yang dapat diakses melalui akun Instagram senimurni_isiyk.
Nikmati pengalaman unik yang menggabungkan seni, sejarah, dan budaya di pameran ini. Seperti pesan yang diusung, Hello There, mari saling menyapa dan mengenal lebih dekat dunia kartu pos dalam perspektif seni modern. []