11 Tahun Lalu, Jogja Terkubur Abu: Ketika Kelud Mengubah Hari Kasih Sayang Menjadi Kelabu

  • Whatsapp
Titik Nol Jogja
Abu vulkanik menyelimuti kawasan Titik Nol Jogja pada 14 Februari 2014. (Istimewa)

BacaJogja – Pagi itu, 14 Februari 2014, Yogyakarta bukan lagi kota yang hangat dan penuh romantisme Hari Kasih Sayang. Langit gelap, surya enggan menampakkan diri, dan udara penuh dengan butiran abu yang halus tapi menusuk.  Hanya sehari setelah Gunung Kelud di Jawa Timur meletus dahsyat, kota budaya ini berubah menjadi lanskap kelabu, seakan menjadi latar film pasca-apokaliptik.

Angin yang bertiup ke barat dan barat daya membawa abu vulkanik hingga ke Yogyakarta, Jawa Tengah, bahkan ke pelosok Jawa Barat dan Jakarta. Abu yang turun begitu deras menutup atap rumah, jalanan, pepohonan, dan kendaraan. Kota yang biasanya ramai dengan aktivitas warganya tiba-tiba seperti mati. Sepi. Hanya suara langkah kaki dan batuk-batuk tertahan yang terdengar dari balik masker kain yang kala itu mendadak menjadi benda berharga.

Read More

Baca Juga: Liburan di Jogja? Cek Prakiraan Cuaca Terkini untuk Destinasi Wisata Favoritmu

Di sudut-sudut kota, warga berjibaku dengan sekop, sapu, dan ember. Mereka membersihkan halaman, menyiram jalanan, dan menutup hidung mereka dengan kain basah. Namun, abu tetap mengepul. Mata pedih, tenggorokan perih, dan napas terasa berat. Rumah sakit dan klinik penuh dengan pasien, terutama anak-anak, yang menderita gangguan pernapasan, infeksi mata, dan batuk kronis.

Harapan hanya satu: hujan. Warga menatap langit yang enggan menangis. Hari demi hari berlalu tanpa setetes pun air jatuh dari angkasa. Ironis, karena seharusnya itu adalah musim penghujan. Doa-doa pun dipanjatkan, dengan harapan hujan akan membersihkan kota dari kutukan abu.

Baca Juga: Pameran Seni “Kecantikan Anggrek Berbunga-bunga” di Grand Rohan Jogja: Simbol Cinta dalam Lukisan

Lalu, setelah hampir seminggu menanti, doa itu terjawab. Hujan pertama turun, meski hanya di sebagian wilayah Jogja. Namun, itu cukup untuk membuat warga bersorak gembira. Jalanan kembali basah, udara sedikit lebih segar, dan abu yang mengendap perlahan tersapu. Langit mulai kembali biru, seiring kota yang bangkit dari kelamnya abu.

Itu 11 tahun lalu. Sebuah momen yang tak terlupakan. Saat itu, Anda sedang di mana? Apa yang Anda lakukan ketika Jogja berubah menjadi kota abu? []

Related posts