BacaJogja – Suasana siang di Piyungan, Bantul, Rabu 24 September 2025, berubah kelam. Jalan Sampakan–Ngablak yang biasanya dilalui pekerja pabrik dan pengendara umum, mendadak menjadi saksi bisu tragedi maut. Dentuman keras dari tabrakan bus AA 7574 OD dengan Suzuki Carry AB 8342 WK memecah ketenangan siang itu.
Di balik kemudi Suzuki Carry, duduk seorang pria bernama Maryudi (54), warga Petir, Srimartani, Piyungan. Maryudi bukan sekadar pengemudi, ia dikenal masyarakat sekitar sebagai sosok panutan: sederhana, ramah, dan religius. Namun, takdir membawanya pada akhir perjalanan yang memilukan.
Benturan keras membuat pria yang akrab disapa Kyai Maryudi ini mengalami luka serius. Meski warga bersama relawan segera menolong dan membawanya ke RS Harjo Lukito, nyawanya tak tertolong. Pukul 12.30 WIB, Maryudi dinyatakan meninggal dunia.
Baca Juga: Kecelakaan Adu Banteng Bus vs Pikap di Bantul, GrandMax Diduga Jadi Pemicu
Kabar duka itu kemudian sampai ke rumah duka di Petir RT 02, Srimartani. Suasana haru menyelimuti keluarga yang ditinggalkan. Istrinya, Ibu Waginem, tampak tegar di tengah duka. Anak-anaknya, Yulfina Anggraini, Argani Herdiansyah, serta menantu dan cucu, larut dalam tangis kehilangan.
Dalam lembar berita lelayu yang beredar, keluarga menyampaikan bahwa jenazah Maryudi akan dimakamkan pada Kamis, 25 September 2025, pukul 10.00 WIB di Kroya Petir. Nama Maryudi kini terukir dalam doa dan ingatan mereka yang mengenalnya.
Menurut keterangan Kasihumas Polres Bantul, Iptu Rita Hidayanto, kecelakaan bermula ketika bus melaju dari utara ke selatan. Saat melambung ke kanan, bus bertemu Suzuki Carry yang datang dari arah berlawanan. Jarak yang terlalu dekat membuat tabrakan tak terhindarkan. Suzuki Carry ringsek, sedangkan bus mengalami kerusakan pada bemper kanan dan kaca. Kerugian materi diperkirakan Rp25 juta.
Baca Juga: Viral Penjual Sate di Gejayan Minta Ganti Rugi Rp700 Ribu Gegara Bumbu Tumpah
Bagi keluarga, kehilangan ini adalah luka yang dalam. Namun bagi masyarakat luas, peristiwa ini menjadi pelajaran penting: satu kelalaian kecil di jalan bisa merenggut nyawa orang yang kita cintai.
Kini, Maryudi pulang ke haribaan Ilahi, meninggalkan kisah hidup yang baik dan nama yang akan dikenang. Jalan Sampakan yang panas dan berdebu itu tak lagi sama—ia menyimpan cerita duka tentang seorang ayah, suami, dan kakek yang berpulang karena tragedi lalu lintas. []