Perjalanan Pulang yang Tak Sampai: Kisah Tragis Siswa SMKN 1 Nanggulan Kulon Progo

  • Whatsapp

BacaJogja – Suasana jalanan di Pengasih, Kulon Progo, tampak ramai seperti biasa, Selasa (30/9/2025) sore. Lalu lintas dari arah Nanggulan menuju Wates mengalir tanpa hambatan. Namun, di balik rutinitas itu, sebuah peristiwa duka tiba-tiba mengoyak suasana.

Di jalan yang membentang lurus itulah, sebuah sepeda motor Yamaha Vixion bernomor polisi AB 3018 CY yang dikendarai dua remaja terlihat berusaha menyalip kendaraan di depannya. Dalam hitungan detik, motor itu melewati marka tengah. Dari arah berlawanan, sebuah truk Toyota Dyna melaju. Benturan keras pun tak terhindarkan.

Read More

Korban yang dibonceng, Wahyu Budi Santosa (17), terpental. Siswa kelas XI Agribisnis Tanaman 2 SMK Negeri 1 Nanggulan itu mengalami cedera kepala berat. Ia sempat dilarikan ke RSUD Wates, namun nyawanya tak tertolong.

Baca Juga: Agenda Event Jogja Oktober 2025: Festival, Konser, Pameran, hingga Fun Run

Wahyu bukan hanya seorang pelajar biasa. Ia adalah bagian dari keluarga besar SMK N 1 Nanggulan, atau yang akrab disebut Nasa (Nanggulan Satu). Potret wajahnya dengan senyum sederhana kini terpampang di papan ucapan duka dari sekolah: “Semoga Allah menerima amal ibadahnya, diberikan tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.”

Kepergian Wahyu meninggalkan duka mendalam. Apalagi, tahun ini sudah tiga murid SMK N 1 Nanggulan yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Belum lama, seorang siswa lainnya juga berpulang akibat laka tunggal di Jalan Wates. Kini, giliran Wahyu yang harus menghadap Sang Pencipta.

Kasi Humas Polres Kulon Progo, Iptu Sarjoko, membenarkan peristiwa itu. Ia menuturkan, kronologi bermula saat sepeda motor yang dikendarai AWN (17), teman Wahyu, berusaha mendahului kendaraan lain dengan melewati marka tengah. Dari arah berlawanan, truk melaju kencang, tabrakan pun terjadi.

Baca Juga: Viral Sopir Ambulans di Jogja Serempet Mobil Saat Hujan Deras

“Korban pembonceng mengalami cedera kepala berat dan dinyatakan meninggal dunia di RSUD Wates. Sementara pengendara selamat tapi harus dirawat di rumah sakit yang sama,” jelas Sarjoko.

Di sudut sekolahnya, suasana duka terasa kental. Teman-teman sekelas Wahyu masih tak percaya, anak yang biasa mereka ajak bercanda kini sudah pergi untuk selamanya. Ucapan belasungkawa membanjiri media sosial, doa mengalir untuk sang remaja yang berpulang terlalu cepat.

Jalan raya memang tak pernah benar-benar ramah bagi para pengendara muda. Batas marka sering kali dianggap sepele, padahal satu kesalahan bisa berujung maut. Dan sore itu, di jalan Pengasih-Wates, Wahyu Budi Santosa menjadi bukti betapa tipisnya batas antara perjalanan pulang dan kabar duka. []

Related posts