BacaJogja — Pemerintah Kota Yogyakarta menegaskan komitmennya menjaga dan memperkuat karakter kawasan heritage melalui kolaborasi strategis dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta. Komitmen itu disampaikan Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, dalam peringatan HUT ke-50 IAI DIY di Secret Garden Resto, Sabtu (1/11).
“Jogja ini gudangnya arsitek. Tapi saya jujur, kadang miris. Banyak tempat di kota ini yang sebetulnya bisa digarap dan didesain teman-teman IAI agar benar-benar menjadi Kota Yogyakarta yang sejogja-jogjanya,” ungkap Wawan.
Ia menegaskan, Pemkot terbuka terhadap kolaborasi dengan para arsitek untuk mewujudkan tata kota berbasis local wisdom. “Kami di pemerintah berharap besar kepada IAI. Kalau belum ada kerja sama resmi, nanti bisa segera kita tindak lanjuti. Saya siap percepat, kalau bisa Senin depan sudah jalan. Pemerintah sekarang harus sat-set bat-bet, Jogja ini nggak bisa ditunggu,” tegasnya.
Baca Juga: 215 Kilometer Jalan Provinsi DIY Masih Rusak, Ruas Jalan Godean Jadi Prioritas Perbaikan
Desain Kota Berbasis Kearifan Lokal
Wawan menilai, kehadiran arsitek sangat penting untuk memastikan pembangunan kota tetap sejalan dengan nilai budaya dan filosofi Yogyakarta. “Kami ingin desain kota ini mengandung kearifan lokal. Misalnya di wilayah selatan, seperti Mantrijeron, yang merupakan bagian dari Sumbu Filosofis. Maka desainnya harus selaras dengan karakter tersebut,” ujarnya.
Ia juga menginginkan adanya penanda khas di pintu-pintu masuk kota yang langsung mencerminkan identitas Yogyakarta sebagai kota budaya.
Selain itu, Pemkot juga mendorong keterlibatan IAI di tingkat kampung. “Kami ingin IAI bermitra dengan 169 kampung di Kota Yogyakarta untuk membantu mendesain kawasan, supaya punya kekhasan Jogja yang kuat,” harap Wawan.
Program ‘Satu Kampung Satu Arsitek’ Dukung Pelestarian Heritage
Ketua IAI DIY, Erlangga Winoto, menyambut positif rencana kolaborasi tersebut. Menurutnya, IAI telah memiliki program sejalan dengan visi Pemkot Yogyakarta, yakni Satu Kampung Satu Arsitek, yang resmi diluncurkan pada 17 Agustus 2025.
Baca Juga: Transformasi Pariwisata DIY: Membangun Sistem Tangguh dan Berdaya Saing Global
“Program ini sudah kami jalankan sejak 2017, dan kini menjadi bagian dari bidang Pengabdian Profesi. Kami membantu masyarakat menyusun masterplan kawasan agar pembangunan kampung lebih terarah dan tidak parsial,” jelas Erlangga.
Melalui program ini, arsitek IAI DIY mendampingi masyarakat dari tahap perencanaan hingga realisasi. “Kalau kampung itu belum punya masterplan, kami bantu membuatkan. Hasilnya bisa dibawa ke Musrenbang agar pembangunan tidak tumpang tindih,” tambahnya.
IAI DIY Fokus pada Kawasan Cagar Budaya dan Sumbu Filosofis
Erlangga menegaskan, sekitar 60 persen kawasan di Kota Yogyakarta merupakan kawasan cagar budaya seperti Kotagede, Pakualaman, Kotabaru, dan Keraton. Karena itu, peran arsitek menjadi sangat penting dalam menjaga karakter arsitektur khas Jogja.
“IAI DIY memiliki 108 arsitek berlisensi yang berhak menjadi penanggung jawab dokumen Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), terutama di kawasan Sumbu Filosofis. Mereka memahami regulasi dan kearifan lokal,” paparnya.
Baca Juga: Jenius Gelar Kelas Finansial Online, Bekali Masyarakat Digital Savvy Hadapi Dinamika Ekonomi
Dari total 1.300 anggota IAI DIY, para arsitek berlisensi tersebut telah mendapatkan sertifikasi resmi dari DPMPTSP DIY dan Dinas PUPESDM DIY. “Masyarakat dan pemerintah tidak perlu khawatir, karena semua pembangunan di kawasan heritage Jogja akan tetap sesuai dengan nilai budaya dan regulasi,” tegas Erlangga.
Menjaga Arsitektur Jogja di Tengah Modernisasi
Kolaborasi antara Pemkot Yogyakarta dan IAI DIY diharapkan menjadi langkah konkret dalam menjaga keaslian arsitektur Yogyakarta di tengah modernisasi. “Kami ingin kerja sama ini tidak hanya berhenti di MoU, tapi berlanjut pada aksi nyata di lapangan untuk memperkuat identitas Jogja sebagai kota heritage,” tutup Erlangga.
Sinergi antara arsitek dan pemerintah menjadi kunci dalam menjaga warisan arsitektur Yogyakarta. Melalui program Satu Kampung Satu Arsitek dan penguatan kawasan Sumbu Filosofis, Yogyakarta tidak hanya mempertahankan wajah kotanya, tetapi juga menegaskan jati diri sebagai kota budaya dan heritage dunia. []






