Nandur Srawung XI: Menggali Warisan Seni di Yogyakarta

  • Whatsapp
pameran seni Nandur Srawung
Lukisan Bhineka Tunggal Ika oleh Tri Julianto dalam pameran seni Nandur Srawung (Foto:Dien Yafi/BacaJogja)

BacaJogja – Sebagai wilayah yang terkenal dengan kebudayaannya, Yogyakarta selalu menjadi tujuan para aktivis seni rupa untuk menggelar pameran. Selain ARTJOG, pameran seni Nandur Srawung XI kembali hadir di Yogyakarta, kali ini bertempat di Taman Budaya Yogyakarta.

Nandur Srawung XI diikuti oleh lebih dari 70 seniman dan juga menghadirkan karya-karya interaktif yang bisa dinikmati oleh para pengunjung. Selain itu, terdapat beberapa instalasi yang memungkinkan kita menulis di secarik kertas dan menempelkannya di dinding. Sebagian besar pengunjung di sini adalah anak-anak muda dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum.

Read More

Umroh liburan

Baca Juga: ARTJOG 2024: Romantisasi Karya Seni yang Menyentuh Hati

Dengan mengusung tema ‘Wasiat: Legacy,’ pameran seni ini menampilkan beragam karya seni masa lalu yang sarat akan sejarah dan dapat menjadi inspirasi bagi para seniman masa kini. Di pintu masuk, kita disambut oleh sebuah karya seni berupa tulisan ‘Free Palestine’ yang terlukis di atas kanvas, di mana pengunjung juga bisa meninggalkan pesan-pesan.

Nandur Srawung XI resmi dibuka secara simbolis oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, S. S., M. A. Selain itu pameran ini juga menerima sambutan yang diberikan oleh Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Dra. Purwiati.

Baca Juga: Empat Keunikan Jogja yang Mungkin Membuat Pendatang Terkejut

“Sebuah karya yang dipamerkan adalah sebuah dialog antara masa lalu dan masa kini, sebuah cara untuk menghormati dan melanjutkan jejak para pendahulu dalam konteks zaman yang terus berubah”, kata Purwiati, pada sambutanya yang dikutip dari laman YouTube Taman Budaya Yogyakarta.

Pameran ini dibagi menjadi tujuh klaster, di antaranya: ‘Bangsa Merdeka dan Rayuan Pulau Kelapa (1945 hingga 1955)’, ‘Suara Rakyat dan Gelanggang Warga Dunia (1955 hingga 1965)’, ‘Lantunan Lirisisme dan Perayaan Bentuk (1965 hingga 1975)’, ‘Menggali Akar dan Mendobrak Batas (1975 hingga 1985)’, ‘Pengembara di Dunia Mental dan Mimbar Bebas (1985 hingga 1995)’, ‘Seni Publik dan Media Baru (1995 hingga 2005)’, dan ‘Seni Pop dan Kampung Global (2005 hingga 2015)’.

Baca Juga: Insiden RSUP Dr. Kariadi, Menyingkap Beban Kerja dan Stresor yang Mengancam Nyawa Tenaga Kesehatan

“Pameran ini sangat menarik, di dalamnya terdapat karya seni yang beragam dan penuh akan pesan makna yang tersirat, pameran ini juga sangat cocok untuk media pembelajaran anak-anak untuk selalu mengingat sejarah melalui media lain”, ucap Syani, salah satu pengunjung ketika diwawancarai pada 20 Agustus 2024.

Bagi kalian yang tertarik dengan pameran seni rupa, bisa datang ke Taman Budaya Yogyakarta, yang beralamat lengkap di Jl. Sriwedani No.1, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pameran ini berlangsung dari tanggal 15 hingga 28 Agustus, dan dibuka dari pukul 11 siang hingga pukul 9 malam. Tidak ada biaya tiket masuk untuk pameran ini, pengunjung hanya perlu mengisi daftar hadir di meja registrasi sebelum memasuki galeri. []

Artikel Kiriman Dien Yafi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Related posts