Prof. Nurul Indarti, Guru Besar Perempuan Pertama Prodi Manajemen FEB UGM

  • Whatsapp
pengukuhan guru besar
Prof. Nurul Indarti, Guru Besar Perempuan Pertama Prodi Manajemen FEB UGM (Istimewa)

BacaJogja – Dalam sebuah pencapaian monumental, Prof. Nurul Indarti, Sivilokonom., Cand.Merc., Ph.D, secara resmi diangkat sebagai Guru Besar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa, 27 Agustus, di Balai Senat, Gedung Pusat.

Pengukuhan ini bukan hanya sebuah kehormatan pribadi bagi Prof. Nurul, tetapi juga tonggak penting bagi Program Studi Manajemen, di mana beliau menjadi Guru Besar perempuan pertama dan satu-satunya perempuan yang aktif sebagai Guru Besar di FEB UGM setelah kepergian Prof. Sri Adiningsih.

Read More

Umroh akhir tahun

Di usia 48 tahun, Prof. Nurul Indarti mengungkapkan rasa syukurnya atas pencapaian ini. Ia menggambarkan pengukuhannya sebagai Guru Besar sebagai sebuah kewajiban yang akhirnya tuntas, mengingat perjalanan panjang yang telah ditempuh sejak pertama kali ditargetkan pada November 2020.

Baca Juga: Menggali Makna Al-Fatihah: Mengapa Doa Ini Begitu Penting dalam Kehidupan Muslim?

“Bersyukur, saya merasa lega karena ini adalah kewajiban yang tertunda… Ini adalah pertanggungjawaban publik saya atas apa yang saya terima sebagai Guru Besar,” ungkap Prof. Nurul dikutip dari laman UGM.

Dalam perjalanan akademiknya, dukungan keluarga menjadi faktor kunci yang mempermudah langkahnya meraih gelar bergengsi tersebut. Prof. Nurul mengakui bahwa motivasi dan dukungan dari keluarga adalah elemen penting yang mendorongnya untuk terus berjuang. “Saya merasa banyak dimudahkan dalam banyak situasi, terutama karena keluarga sangat mendukung. Infrastruktur sosial kekeluargaan saya ini bagus banget untuk mensupport saya berkarir,” ujarnya.

Baca Juga: Pertumbuhan Positif Terus Berlanjut, Kepala Kanwil DJPb DIY: Bukti Pengelolaan Fiskal yang Baik

Prof. Nurul juga berharap bahwa keberhasilannya ini dapat menginspirasi rekan-rekan dosen, khususnya perempuan, di Prodi Manajemen untuk tidak ragu dalam mengejar prestasi serupa. Bagi beliau, keberhasilan dalam mencapai gelar Guru Besar bukan hanya soal dedikasi, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menghargai proses belajar dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan.

“Ketika kita berkomitmen untuk bekerja, kita harus mendedikasikan diri kita untuk belajar dan tidak menganggapnya sebagai sebuah beban,” katanya. “Sehingga, ketika kita melakukan sebuah riset, output yang didapat adalah sesuatu kesukaan kita.”

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Melihat Kewirausahaan dari Pinggiran: Perspektif Etnis, Perempuan, dan Sosial”, Prof. Nurul menyoroti bagaimana kelompok-kelompok etnis tertentu, perempuan, penderita disabilitas, dan kelompok terpinggirkan lainnya sering kali menghadapi diskriminasi dan kesulitan yang menghalangi mereka dalam memulai serta menjalankan usaha.

Baca Juga: Perjuangan dan Kepedihan Ibu: Film ‘Rindu dan Pedih’ dari Tragedi Klitih Gedongkuning Yogyakarta

Oleh karena itu, Prof. Nurul mengusulkan agar perspektif kewirausahaan dari pinggiran dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi. “Perspektif Kewirausahaan Pinggiran dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran kewirausahaan perguruan tinggi, yang ini akan melengkapi perspektif kewirausahaan yang selama ini cenderung berfokus pada aspek finansial,” jelasnya.

Dengan pengukuhan ini, Prof. Nurul Indarti bukan hanya menorehkan sejarah baru di UGM, tetapi juga memperkuat peran perempuan dalam dunia akademik yang kerap didominasi oleh laki-laki. Langkah beraninya untuk mengusulkan perubahan dalam kurikulum kewirausahaan menunjukkan komitmen beliau untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. []

Related posts