Pasangan Suami Istri dari UGM Dikukuhkan sebagai Guru Besar, Ini Fokus Penelitiannya

  • Whatsapp
pasutri guru besar UGM
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., diapit pasangan suami istri yang dikukuhkan sebagai guru besar Prof. Dr. drh. Agustina Dwi Wijayanti, M.P., dan Prof. drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D., (UGM)

BacaJogja –  Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) kembali mencatat sejarah dengan dikukuhkannya pasangan suami istri, Prof. Dr. drh. Agustina Dwi Wijayanti, M.P., dan Prof. drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D., sebagai Guru Besar. Pengukuhan ini berlangsung di Balai Senat Gedung Pusat UGM pada Kamis (27/2).

Agustina dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Farmakokinetik dan Terapi Veteriner, sementara Agung Budiyanto meraih jabatan Guru Besar dalam bidang Bioteknologi Reproduksi Veteriner Ruminansia. Keduanya menyampaikan orasi ilmiah yang menyoroti isu kesehatan global serta peningkatan populasi dan kualitas sapi di Indonesia.

Read More

Farmakokinetik dan Terapi Veteriner dalam Kesehatan Global

Dalam pidatonya, Prof. Agustina membahas “Peran Farmakokinetik dan Terapi Veteriner pada Kesehatan Global (One Health)”. Ia menyoroti fenomena resistansi antimikroba (AMR) yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai prosedur, termasuk sebagai pemacu pertumbuhan pada hewan ternak.

Baca Juga: Alhamdulillah, Pemerintah dan Muhammadiyah Kompak: 1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025

“Kesehatan global atau One Health adalah konsep yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dalam mengatasi tantangan kesehatan,” ujarnya.

Farmakokinetik veteriner berperan dalam menetapkan dosis dan durasi pemberian obat yang efektif, sehingga mengurangi risiko resistansi mikroba. “Selain itu, farmakokinetik juga mendukung keamanan pangan dengan memastikan eliminasi residu obat pada produk hewan seperti daging, susu, dan telur,” tambahnya.

Agustina juga menyoroti pentingnya pendekatan multisektoral dalam pengelolaan kesehatan hewan dan lingkungan. Limbah hewan produksi yang mengandung antimikroba resisten dapat mencemari lingkungan dan berdampak pada kesehatan manusia.

Baca Juga: Kebakaran Kilang Pertamina Cilacap: Asap Hitam Pekat Gegerkan Warga, Ini Penjelasan Resmi

Meningkatkan Populasi Sapi dengan Bioteknologi Reproduksi

Sementara itu, Prof. Agung Budiyanto dalam pidatonya yang berjudul “Aplikasi Bioteknologi Reproduksi Veteriner dan Genetik Mapping dalam Peningkatan Kualitas dan Populasi Sapi di Indonesia” menyoroti rendahnya tingkat reproduksi sapi di Indonesia sebagai faktor utama defisit daging nasional.

“Pada 2023, defisit daging sapi dan kerbau mencapai 286,2 ribu ton, dan diperkirakan masih tinggi pada 2024,” ungkapnya. Ia menekankan perlunya optimalisasi teknologi reproduksi seperti inseminasi buatan, sinkronisasi estrus, transfer embrio, serta pemetaan genetik untuk meningkatkan kualitas dan populasi sapi.

Menurutnya, pengembangan penelitian genetika sapi harus diperluas dan dikombinasikan dengan teknologi reproduksi lainnya untuk mendukung ketahanan pangan nasional. “Genetik mapping bertujuan mengatasi dampak seleksi jangka panjang yang hanya berfokus pada produksi susu dan daging tanpa mempertimbangkan faktor genetik lainnya,” jelasnya.

Baca Juga: Skandal Oplos Pertalite Jadi Pertamax: Riva Siahaan Tersangka Korupsi, Ini Kronologinya

Rektor UGM: Kontribusi Besar bagi Keilmuan dan Masyarakat

Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap pasangan ini. “Prof. Agustina dan Prof. Agung adalah bagian dari 526 Guru Besar Aktif UGM, dan termasuk dalam 21 Guru Besar Aktif dari total 32 Guru Besar yang pernah dimiliki Fakultas Kedokteran Hewan UGM,” ujarnya.

Dengan pengukuhan ini, diharapkan keduanya dapat terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu veteriner dan memberikan dampak positif bagi sektor kesehatan dan peternakan di Indonesia. []

Related posts